Yasin Yusuf Abdillah

Olahraga dapat menenangkan hati dan pikiran serta menyehatkan badan.

Yasin Yusuf Abdillah

Jika kamu sudah memulai sesuatu, maka lakukanlah. lakukan dengan cara terbaik yang bisa kamu berikan.

Yasin Yusuf Abdillah

Kesuksesan butuh perjuangan, pengorbanan dan kerja keras.

Yasin Yusuf Abdillah

Hidupmu sekarang adalah sejarah untuk yang akan datang. baik atau buruk tergantung engkau yang menciptakan.

Yasin Yusuf Abdillah

Amal perbuatan yang kita lakukan, akan kembali pada diri kita sendiri. baik atau buruk, kitalah yang menentukan.

Jumat, 22 Januari 2016

AHMAD HASSAN


AHMAD HASSAN 
Oleh :
Yasin Yusuf Abdillah

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Tokoh yang akan kita bicarakan di makalah ini adalah seorang tokoh yang mempunyai banyak sebutan atau gelar. Sebagaimana disebutkan dalam sejarah tokoh tersebut adalah Ahmad Hassan. Ahmad hasan dikenal dengan guru utama persis, Ahmad Hasan juga dikenal sebagai Penjaga Akidah Ummat, Hassan Bandung ketika sudah tinggal di kota Bandung, dan Saat masih menetap di Bangil, biasa dipanggil dengan Ahmad Hassan Bangil.
Ahmad Hassan salah satu ulama muda yang selalu mempunyai gagasan baru yang tergolong kritis dan tajam. Pemikiran Ahmad Hassan mengalami perkembangan yang cukup pesat.  Ahmad Hassan merupakan tokoh yang amat gigih dalam mengembangkan ilmu-ilmu keislaman di masanya. Ahmad Hassan banyak bergerak lewat media diskusi, debat, soal jawab, dan  mengadakan kursus pendidikan, mendirikan pesantren, menerbitkan berbagai buku serta majalah. Ahmad Hasan merupakan seorang guru besar dalam organisasi Persis (persatuan Islam).
Ahmad Hasan dikenal sebagai salah satu tokoh pembaharuan di Indonesia. A. Hasan pada pertengahan abad 20-an bergabung dengan organisasi Persatuan islam (Persis) yang baru berdiri di Bandung, yang mana kala itu organisasi persis baru berusia 3 tahun. Melalui Persis ini beliau dikenal luas sebagai pemikir muslim yang teguh menyerukan sikap memurnikan Islam dengan kembali kepada Quran dan Sunnah, menghapus penyakit tahayyul, bid'ah taklid dan khurafat.
Ahmad Hasan memiliki gagasan keagamaan progressif yang beliau sampaikan secara lugas dan argumentasi yang akurat, yang kemudian mampu memberikan pengaruh cukup berarti terhadap gerakan pembaharuan Islam di Indonesia.
           Ahmad Hassan seringkali menggunakan metode debat tentang segala sesuatu yang terkait dengan problem keagamaan. Cara tersebut memberikan kepuasan tersendiri di setiap kalangan masyarakat yang mengikuti acara tersebut. Akhirnya nama A.Hassan populer dan tersiar ke berbagai peloksok dan memperkuat lembaga dan organisasi Persis sebagai gerakan Islam progresif.
            Di dalam makalah ini akan dijelaskan tentang riwayat hudup Ahmad Hassan serta pemikiran-pemikirannya dalam mengembangkan agama Islam.

B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kondisi sosial, kultural dan politik pada masa Ahmad Hassan?
2.      Bagaimana Profil mazhab/ Biografi tokoh (dalam konteks sosialnya) ?
3.      Bagaimana Pemikiran Hukum Mazhab/tokoh (yang dikaitkan dengan konteks sosial politik masanya) ?
C.  Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui dan memahami kondisi sosial, kultural dan politik pada masa Ahmad Hassan
2.      Untuk mengetahui dan memahami Profil mazhab/ Biografi tokoh (dalam konteks sosialnya)
3.      Untuk mengetahui dan memahami Pemikiran Hukum Mazhab/tokoh (yang dikaitkan dengan konteks sosial politik masanya)

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Kondisi sosial, kultural dan politik pada masa itu;
Kondisi sosial pada masa Ahmad Hasan, ketika beliau masih di Singapura belia sering bersentuhan dengan gagasan-gagasan reformis. Di Singapura A. Hasan juga sering membaca karya-karya pembaharan, seperti : Al Manar dari Mesir, Al Munir dai Padang, dan Al Imam dari Singapura.[1]
Sebeb A. hassan pindah dari singapura ke Surabaya. Ahmad hasan suka berpidato, sehingga dalam salah satu pidatonya ia mengecam kemunduran umat islam sehingga membuat pemerintah singapura menganggapnya berpolitik. Ia pun dilarang berpidato dimuka umum.[2] Tahun 1921, Hasan berangkat ke Surabaya, mengelola toko milik paman yang sekaligus gurunya, Abdul Lathif. Sebelum berangkat, pamannya berpesan kepada keponakannya jangan bergaul dengan Faqih Hasyim yang dianggap sesat karena faham Wahabi. Karena pada waktu itu sedang terjadi konflik antara kaum tua (tradisionalis) dengan kaum muda (modernis) pembaruan pemikiran islam yang dipelopori oleh faqih hasyim, seorang pedagang sekaligus pendakwah yang datang dari padang.[3]
Yang dimaksud dengan kaum tua dan kaum muda adalah kaum tua pada prinsipnya mempertahankan kenyamanan beragama dengan bertumpu pada akulturasi agama dengan tradisi local yang telah berlangsung lama dan mapan. Sedangkan kaum muda adalah kelompok pembaru yang ingin mengembalikan islam ke masa lalu, yaitu al qur'an dan hadis.[4]
Hassan datang kesurabaya semata-mata hanya untuk berdagang dan tinggal ditempat pamannya yang lain yaitu Abdullah Hakim. Suatu hari pamannya minta kepada hasan untuk menemui K.H.A Wahab Hasbullah.
 pada 1921 saat itu, Surabaya terjadi perdebatan antara kaum pembaharuan pemikiran islam dengan kaum tradisionalis.perhatiannya untuk memperdalam islam pun semakin serius setelah menyaksikan pertentangan tersebut. Maksud kedatangan kesurabaya untuk berdagangpun teralihkan. Ia lebih banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pembaharuan.[5]
Toko teksil milik pamannya dikembalikan oleh ahmad hasan, kemudian ahmad Hassan dikirim ke Kediri untuk belajar pertenunan. Selesai belajar di Kediri ia melanjutkan sekolah pertenunan di bandung. Di bandung inilah ia tinggal bersama keluarga Muhammad yunus, salah seorang pendiri persis. Akhirnya ahmad hasan mengabdikan dirinya dalam penelaahan dan pengkajian islam dengan berkiprah di persis.[6]
Sebenarnya ia masuk persis bukan tertarik pada paham-pahamnya. Justru A Hassan yang membawa persis menjadi gerakan islah. Ia sadar bahwa pemikirannya harus dituangkan dalam sebuah gerakan agar bisa berkembang efektif. Maka, tampaklah gabungan antara watak Hassan yang tajamm dalam berpikir dan ciri persis yang keras.
Pada tahun 1941 menjelang pendudukan jepang ahmad hasan kembali ke Surabaya, kepindahan itu diikuti oleh beberapa orang santrinya dari persis bandung. Di bangil kota kecil dekat Surabaya mendirikan pesantern untuk para santrinya.
Di bangil inilah perhatiannya ditumpahkan pada penelitian agama islam, langsung dari sumber pokoknya, al qur'an dan hadis.
Ahmad hasan memberikan andil besar terhadap pemikiran keislaman presiden soekarno. Bungkarno suka meminta buku-buku dan majalah karya ahmad Hassan sebagai pengisi ruh batiniyah yang haus akan keislaman saat menjalani masa pembuangan oleh penjajah belanda di ende flores.
Surat-surat bung karno kepada ahmad hasan menjadi saksi kedekatan mereka meskipun sebelumnya diantara mereka terjadi polemik berkepanjangan tentang islam dan nasionalisme. Ahmad hasan selalu menyerang kaum nasionalis sekuler dibawah kepemimpinan bung karno dalam tulisan tulisannya di majalah pembela islam. Tetapi diantara mereka tetap akrab. Saat soekarno ditahan dipenjara sukamiskin ahmad Hassan kerap mengunjunginya dan memberikan buku-buku bacaan. Ia menganggap bung karno sebagai kawannya yang selalu ditentangnya. Kawan menjadi lawan berkenaan dengan gerakan dan cita-cita nasionalismenya.
B.  Profil mazhab/ Biografi tokoh (dalam konteks sosialnya)
1.      Tempat dan tanggal lahir
Ahmad Hassan (Nama lahir: Hassan bin Ahmad) atau  Ahmad Bandung atau Ahmad Bangil atau Hassan Bandung lahir di Singapura, 31 Desember 1887Beliau lahir dari pasangan keturunan India dari garis ayah maupun ibu, yaitu Ahmad yang bernama asal Sinna Vappu Maricar, dan ibu Muznah keturunan Mesir asal Madras India kelahiran Surabaya, Indonesia. Nama beliau sebenarnya adalah Hassan. Namun, sesuai tradisi keturunan India yang tinggal di Singapura, nama ayah beliau tertulis di depan nama aslinya dan jadilah nama beliau yang terkenal dengan Ahmad Hassan dan sering pula disingkat menjadi A. Hassan.[7]  
Hasan mempunyai seorang istri, Maryam, yang dinikahinya disingapura pada Tahun 1911. Maryam adalah seorang peranakan tamil-melayu dari keluarga yang taat berpegang pada agama. Hasan mempunyai 7 orang anak. (1) Abdul Qadir, (2) Jamilah, (3) Abdul Hakim, (4) Zulaikha, (5) Ahmad, (6) Muhammad Sa‘id, (7) Manshur.
Pada 10 november 1958, di RS Karangmenjangan (RS Dr. Soetomo) surabaya, ahmad hasan wafat dalam usia 71 tahun. Ia adalah ulama besar yang telah menorehkan sejarah baru dalam gerakan pemurnia ajaran islam di Indonesia dengan ketegasan, keberanian, dan kegigihannya menegakkan al qur'an dan sunnah nabi SAW.[8]
2.      Pendidikan
Sejak usianya 7 tahun, ahmad hasan sudah belajar al qur'an dan ilmu-ilmu agama. Lalu ia masuk sekolah melayu dan belajar bahasa melayu, arab, inggris, dan tamil. Dengan ilmu itulah hasan secara otodidak memperdalam agama, seperti fara'id fiqh, mantek, tafsir, dan lainnya.[9]
3.      Karir A.Hassan
Pada tahun 1910-1913, hasan mengajar di madrasah dari tingkat ibtidaiyah sampai Tsanawiyah orang-orang india di arab street, Baghdad street, dan geilang, singapura.[10] Pada tahun 1912-1916 hasan bekerja di surat kabar Utusan Melayu yang diterbitkan oleh singapura press.[11]
4.      Guru dan murid A.Hassan
Yang pernah mengajar dan sekaligus guru Ahmad Hasan yaitu : [12]
  1. Hadji Achmad (ilmu Al-qur'an)
  2. Hadji Mohammad Taib (nahwu dan saraf)
  3. Aid Abdoellah (b.arab)
  4. Abdul latief
  5. Syekh Hasan
  6. Syekh Ibrahim
Yang pernah belajar dengan A. Hassan, antara lain:[13]
  1. Mohammad Natsir
  2. K.H. M. Isa Anshory
  3. K.H. E. Abdurrahman
  4. K.H. Rusyad Nurdin
5.      Karya-karya A. Hassan
Banyak sekali karya tulisan A.Hassan, diantara karya karyanya adalah :[14]
No
karya
No
karya
1
Tafsir Al-Quran, Al-Furqan, 1956.
23
Pengajaran Shalat
2
Soal-Jawab tentang Berbagai Masalah Agama (4 jilid)
24
Pemerintahan Islam
3
Kitab Pengajaran Shalat
25
Special Diction,
4
Tarjamah Bulughul Maraam (selesai 17-8-1958)
26
Pepatah
5
A.B.C. Politik
27
Risalah Kudung,
6
Adakah Tuhan?
28
Risalah Hajji,
7
Al-Burhan
29
Pedoman Tahajji,
8
Al-Fara'id
30
Nahwu,
9
Al-Hidayah
31
Bacaan Sembahyang
10
Al-Hikam
32
Belajar Membaca Huruf Arab
11
Al-Iman
33
Perempuan Islam,
12
Al-Jawahir
34
At-Tauhid
13
Al-Manasik
35
Aqaid
14
Al-Mazhab
36
Apa Dia Islam?
15
Al-Mukhtar
37
An-Nubuwwah
16
Bibel lawan Bibel
38
Debat Kebangsaan
17
Debat Luar Biasa
39
Ringkasan Islam
18
Debat Riba
40
Qaidah Ibtidaiyah
19
Tertawa,
41
Risalah Ahmadiyah
20
Topeng Dajjal
42
Surat Yasin,
21
Wajibkah Zakat?
43
Syair
22
What is Islam
44
Talqien,
23
Merebut kekuasaan
45
Politik islam dan kebangsaan

Karya yang paling popular  A. Hassan hasan adalah Tafsir Al-Quran, Al-Furqan, 1956. Karya ahmad hasan itu dittulis dalam beberapa waktu, tidak sekaligus langsung selesai dari bagian awal sampai akhirnya. Tercatat bahwa bagian pertama al furqan tafsir al qur'an terbit pertama kali pada tahun 1928. Penerbit bagian berikutnya terus berlanjut sampai tahun 1941, tetapi baru selesai pada surah Maryam. Oleh karena kesibukan penulis di dunia dakwah, pergerakan, dan pendidikan tahap pengerjaan berikutnya baru dimulai lagi tahun 1953. Penulis pada tahapan ini cukup intensif sehingga rampunglah penerjemahan dan juga penafsiran al qur'an sehingga dapat terbit pada  tahun 1956[15]. Tafsir al-Furqan adalah karya besar dan penting yang dimiliki oleh Ahmad Hasan. Secara jelas masalah tafsir al furqan yaitu[16] :
1. Latar Belakang Penulisan Tafsir 
Pada dasarnya Ahmad Hassan tidak menjelaskan secara komprehensif dan eksplisit mengenai latar belakang penulisan karya Tafsir al-Furqan, akan tetapi hal ini bisa dilihat dari mukadimah tafsirnya, terdapat tiga latar belakang penulisannya yaitu : a) Bagi Ahmad Hassan al-Qur’an dan Hadits sangat lah penting, sehingga sebuah karya tafsir bisa dijadikan sebagai bahan bacaan yang berguna untuk memecahkan beberapa masalah umat. b) Anggota PERSIS ingin sekali mempunyai pegangan bacaan sebuah tafsir, sehingga dapat memudahkan mereka memahami al-Qur’an.  c) Atas dorongan pengusaha penerbit buku yang bernama Sa’id Nabhan sehingga beliau mampu menerbitkan sekaligus menyelesaikan Tafsir al-Furqan 
2. Manhaj (pendekatan) Penafsiran 
Manhaj dalam tafsir ini adalah bil ra’yi. Alasan penulis mengklaim tafsir bil ra’yi karena metode yang dipakai adalah metode kebahasan, sehingga sangatlah jelaslah bahwa A.Hasan menggunakan ra’yu. Alasan lain ialah penjelasannya sangat diperluas dengan keterangan tambahan dari A. Hasan sendiri yang sumbernya berasal dari beliau sebagaiaman contoh dalam Q.S al-Baqarah ayat 10 : 
"Didalam hati mereka ada penyakit,lalu Allah menambahkan penyakit kepada mereka. Bagi mereka siksaan yang pedih karena mereka telah berdusta".
Adapun pada bagian ini A.Hassan memberi penjelasan mengenai pada ayat ini dengan member endnote penjelasannya sebagai berikut “Di dalam hati mereka yang munafik terdapat penyakit dengki terhadap orang-orang Islam, maka Allah member kemenangan dan kemajuan kepada kaum muslimin kemenangan itu menambah penyakit mereka karena orang yang dengki, biasanya bertambah sakit hatinya jika melihat musuhnya bertambah maju dan mendapatkan nikmat. Oleh karena itu, kaum munafik akan mendapatkan siksa yang pedih karena mereka berdusta, yaitu berkata bahwa mereka sudah beriman, padahal sebenarnya tidak.
3.Ṭariqah (Metode) Penafsiran 
Pada dasarnya metode yang digunakan A.Hasan adalah penerjemahan harfiyah. Metode ini merupakan bagian dari pada metode ijmali (global). Yaitu sebuah metode penafsiran yang mencoba menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an secara ringkas dan padat, tetapi mencakup (global). Metode ini juga mengulas setiap ayat al-Qur’an dengan sangat sederhana, tanpa ada upaya untuk memberikan pengkayaan dengan wawasan yang lain, sehingga pembahasan yang dilakukan hanya menekankan pada pemahaman yang ringkas dan bersifat global. Walaupun banyak kalangan yang mengatakan tafsir ini ijamli, akan tetapi asumsi penulis bahwasanya tafsir ini tahlili, alasan penulis karena karya ini menjelaskan secara detail, sifatnya komprehensif serta berdasarkan mushaf ‘uthmani.
4. Lawn (Corak) Penafsiran 
Terdapat beberapa corak penafsiran dalam tafsir ini di antaranya corak ilmi dengan alasan dalam tafsir ini terdapat tema-tema penafsiran seperti kesehatan, botani, asrtonomi fisika, geologi. Terdapat pula corak kebahasaan dalam tafsir ini. Hal ini bisa dilihat dari penjelasn A. Hasan mengenai huruf-huruf mutasyabihat , serta penjelasan mengenai huruf di awal surat.  Akan tetapi corak penafsiran yang paling dominan dalam tafsir al-furqan adalah corak bahasa. Hal ini diperkuat oleh keterang langsung dari A. Hasan. Beliau mengatakan “ketika saya melakukan penafsiran sedapat mungkin saya mencari sebuah kata yang tepat untuk menjelaskan suatu ayat, setelah itu saya menerjemahkan dan menafsirakan sebagaia contoh kata amanna billahi biasanya diterjemahkan dia percaya dengan Allah, akan tetapi A. Hasan menerjemahkan dengan dia percaya kepada Allah”. 
5. Rujukan (referensi) Penafsiran 
Dalam karya Tafsir al-Furqan ini A. Hasan tidak menyebutkan secara jelas referensi penafsirannya akan tetapi hal ini bisa dilihat dari keterangannya mengutip pendapat dari orang lain, di antara referensi yang digunakan dalam karya ini adalah : Qaul sahabat yaitu Ibn Abbas seperti penjelasan alif lam ra’ yang diambil dari perkataan Ibn Abbas. 
6. Kritikan Terhadap Tafsir al-Furqan 
Ketika melihat Tafsir Al-Furqan, dan membuka lebaran-lembarannya, maka kesan awal yang tersirat adalah bahwa itu sebuah kitab terjemah Al-Quran, bukan kitab tafsir. Karena tidak ada kesan seperti kitab tafsir pada umumnya. Inilah kritik yang diberikan dalam karya ini. Al-Furqan layak nya seperti terjemah al-Qur'an sebagaimana terjemahan yang lainnya, yang dibubuhi dengan catatan kaki. Itupun tidak semua surah ada catatan kakinya, bahkan ada surah yang sama sekali tidak ada catatan kakinya, seperti surah Quraisy. 
7. Sistematika Penulisan Kitab Tafsir 
Bagi penulis Tafsir al-Furqan ini adalah tafsir yang sangat komprhensif, karena didalamnya termuat berbagai macam penjealasan mulai dari sejarah al-Qur’an, ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an serta huruf yang terkait dengan penjelasan mengenai ayat al-Qur’an itu sendiri, adapun sistematika nya sebagai berikut : a. Pada bagian awal kover dalam Tafsir al-Furqan dicantumkan nama mufasir, penyunting, serta penerbit, disertai dengan tahun cetakan. b. Pada bagian pengantar tafsir ini memuat pengantar dari Prof. Dr. Ir. Zuhal Abdul Qodir. Setelah itu pengantar dari penyunting, kemudian transliterasi  c. Pada bagian pendahuluan tafsir ini, diberi pendahuluan yang ditulis oleh A. Hasan sendiri. Adapun isi pendahuluan nya terdiri dari pasal-pasal sebanyak 33 pasal. Setiap pasal menerangkan menngenai pembahasan tentang al-Quran, misalnya pasal 4, penjelasan mengenai sejarah al-Qur’an. d. Setelah pendahuluan beliau memasukan glasarium yaitu keterangan beberapa kata-kata kunci dalam al-Qur’an seperti al-Haq artinya kebenaran yang nyata. Atau bisa disebutkan kata-kata ilmiah yang disusun secara alphabet. e. Setelah itu dalam tafsir ini disebutkan beberapa tema-tema pokok al-Qur’an dengan mencantumkan ayat-ayatnya, atau dengan kata lain ini merupakan indeks al-Quran berdasarkan tema.
Akan tetapi hal ini bukan ditulis A. Hasan akan tetapi ditulis oleh Abdul Qadir Hassan. Kemudian menempatkan tema-tema berdasarkan keterangannya dan ayat-ayatnya pada bagian berikutnya. f. Setelah lengkap keseluruhannya barulah A. Hasan mencantumkan daftar isi yang berisikan nama surat dan arti dari nama surat itu sendiri dengan menggunakan bahasa Arab dan bahasa Indonesia.
g. Setelah itu beliau mulai melakukan penafsiran yang di awali dengan surat al-Fatihah dan di akhiri dengan surat al-Nas.
Perlu dicatat bahwa penfsiran yang dilakukan sangatlah menarik. Pertama beliau memulai dengan basmalah, pada setiap surat, kemudian beliau mencantumkan arti dari nama surat tersebut, jumlah ayatnya, tempat turunnya surat, dan terjemahan (tafsirannya), pada bagian akhir diberikan catatan akhir pada setiap surat. Dan masih banyak lagi karya A. Hasan yang lainnya 
C.  Pemikiran Hukum Mazhab/tokoh (yang dikaitkan dengan konteks sosial politik masanya);
1.    Pemikiran dan Pengaruh pemikiran A. Hassan
Awal abad ke-20 telah menyaksikan arus pemikiran islam yang pada gilirannya akan memainkan peran penting dalam perkembangan faham islam di Indonesia, yaitu pemikiran disekitar usaha penyembuhan ummat dari penyakit kejumudan, dengan jalan kembali kepada al qur'an dan sunnah. Usaha ini biasa disebut gerakan islah atau tajdid atau dalam sosiologi barat disebut reformasi[17].
Dengan fenomena tersebut, Ahmad Hassan merupakan tokoh yang sangat penting dalam membrantas kejumudan ummat islam. Faktor yang penting dalam penilaian masalah itu bagi Ahmad Hassan adalah : keberaniannya secara terbuka untuk menentang arus pemikiran yang dipandang menjadi kendala bagi kemajuan ummat, dan ketekunannya untuk menggarap bidang-bidang yang strategis bagi sebuah gerakan pemikiran[18].
Sebab atau latar belakang pemikiran A. Hassan itu sngat penting. Untuk menelusuri perubahan sikap A. Hassan dalam agama, sukar untuk disimpulkan, apakah terjadinya perubahan itu sejak ia belajar kepada para guru dan ulama ketika masih di Singapura ataukah ketika ia bergaul baik dengan kaum muda di Surabaya atau jam’iyyah Persis di Bandung. Namun, nampaknya perubahan ini datang lambat laun karena berbagai hal yang mempengaruhi sikap A. Hassan terhadap agama, antara lain pengaruh keluarga, pengaruh bacaan, dan pengaruh pergaulan[19]. Pada akhirnya ia mempunnyai sikap keagamaan yang mirip – mirip dengan gerakan wahabi.
Ketika masih di Singapura, diusianya yang masih belia, ia sering melihat ayahnya seusai menguburkan jenazah langsung pulang. Tidak ada acara talkin, tahlil dan sebagainya.begitu juga ketika mau melakukan sholat, tidak ada kata-kata ushalli. Selain dari ayahnya hasan juga dipengaruhi tiga ulama asal india, yaitu :
  1. Thalib Rajab Ali
  2. Abdurrahman
  3. Dan Jaelani
Tiga orang ini dan ayahnya terkenal dengan paham wahabi. Gerakan wahabi tak jarang menggunakan aksi-aksi kekerasan, dalam bentuk merobohkan bangunan-bangunan yang berpotensi dipakai untuk aktifitas yang tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. Karena itu gerakan ini tak segan segan untuk menghancurkan kuburan para sahabat Nabi Saw karena dinilai telah digunakan sebagai tempat pemujaan baru selain Allah.
Hassan terpengaruh pada sikap dan semangat membersihkan syirik dari kalangan wahabi ini. Adapun caranya hasan lebih suka melakukan dengan cara berdebat secara langsung, atau menulis dalam bentuk artikel atau buku.
Tahun 1924 hassan pergi ke bandung untuk memperdalam ilmu pertenunan karena Hassan sangat tertarik dengan tenun. Ia tinggal dengan Muhammad yunus, seorang pendiri persis.
Tahun 1926 pabrik tenun ditutup karena kekurangan bahan baku, selama dibandung inilah hasan sering ikut aktivias di persisi, dan secara resmi menjadi anggota tahun 1926.
Pemikiran-pemikiran Ahmad Hasan diantaranya adalah :
Pemikiran tentang Agama dan Keagamaan
Sebelum berangkat ke Surabaya paman yang sekaligus gurunya, Abdul Lathif. berpesan kepada keponakannya jangan bergaul dengan Faqih Hasyim yang dianggap sesat karena faham Wahabi.
Pada tahun 1921 setibanya Ahmad Hasan di Surabaya, pada waktu itu terjadi gejolak dan perseteruan kaum tua dan kaum muda. Pada awalnya, masa-masa awal di Surabaya Ahmad Hasan cenderung sepakat dengan kaum tua, pada waktu itu beliau juga bertemu dengan K.H Wahab Hasbullah atas saran pamannya Abdullah Hakim. Namun seiring dengan meningkatnya pengetahuan agama dan luasnya pergaulan Ahmad Hasan melihat bahwa kelompok muda memiliki jaringan yang luas dan bermuara ke beberapa tokoh terkenal pada waktu itu. Disinilah pengaruh keluarga, pengaruh bacaan, dan pengaruh pergaulan membuat Ahmad Hasan berpikir ulang. Yang pada awalnya mengikuti kaum tua (tradisionalis) sehingga menjadi modernis menuju pembaharuan hukum islam.
Kemudian Hassan dikirim ke Kediri untuk belajar pertenunan. Selesai belajar di Kediri ia melanjutkan sekolah pertenunan di bandung, di Bandung sinilah Hasan menetap dan tinggal disalah satu tokoh persis, yaitu Muhammad yunus. Lagi-lagi Hassan terlibat dalam masalah agama. Teman seangkatan Hassan membujuk ahmad hasan untuk mengisi pengajian atau menjadi guru agama, karena banyak jamaah yang mengikuti pengajian Hassan maka Hasan dibujuk untuk tetap tinggal di bandung.[20]
Karena kondisi kota Bndung waktu itu serba mahal dan banyaknya tempat hiburan yang mengalihkan perhatian para santrinya dianggap oleh Hassan kondisi tidak kondusif pada tahun 1940 hasan pindah ke bangil jawa timur, dan mendirikan pesantren persisi disana.[21]
Pemikiran tentang pendidikan
Pendidikan yang diterapkan Ahmad Hasan adalah kebebasan berbicara dan berdiskusi. Itulah yang dikenang oleh murid-muridnya seperti ;[22]

    1. Muhammad Natsir
    2. Fakhrudin al Kahiri
    3. Abdurrahman
    4. Qamaruddin
    5. Isa Anshary
Karena menurut Hassan itulah ruh penciptaan ilmu. Dari situlah kemudian dia dikenal sebagai penulis dan debator.           
Tentang demokrasi
Hassan ditanya oleh seseorang tuan tadi mengatakan bahwa pemerintahan islam itu berdasarkan al qur'an, hadis dan musyawarah. Sedangkan pemerintahan demokrasi tulen, hanya dengan rembukan rakyat. Diantara 2 ini mana yang lebih baik ?
Pemerintahan cara demokrasi atau kedaulatan rakyat, semata-mata berdasarkan kemauan rakyat, kalau rakyat mau halalkan zina, mengizinkan produksi minuman berakohol, dan seterusnya, niscaya boleh. Sedangkan menurut islam, yang haram tetaplah haram, yang makruh tetaplah makruh, dan yang sunnah tetaplah sunnah.[23] Dalam pemerintahan dengan cara islam, maksiat tak bisa jadi perkara biasa. Dalam system pemerintahan demokrasi tulen yang haram bisa jadi halal, yang wajib bisa jadi haram, asal dikehendaki oleh rakyat. Dari sini tuan bisa tau mana yang lebih baik.
Dari sekuler sampai taklid
Dalam pandangan hasan, ide sekularisme sungguh berbahaya, terutama dalam hubungannya antara islam dan paham kebangsaan atau nasionalisme. Pelopor pahan kebangsaan adalah Dr Soetomo dan Ir Soekarno[24]. Hasan menolak paham kebangsaan karena menurut ahmad hasan sama dengan ashabiyah. Siapa saja yang menurutnya tidak sejalan dengan al-qur'an dan hadis, akan menjadi kritikannya dengan tajam dan dalam.
Dalam sejarahnya hasan pernah mengkritik hasbi as siddiqie karena soal jabat tangan antara pria dan wanita yang bukan mahramny.
Pada tahun 1940, hasan pindah ke bangil, pasuruan, jawa timur mendirikan dan mengasuh pondok pesantren  persis.
2.      Contoh pemikiran A. Hassan  yang dikaitkan dengan hukum keluarga
Dalam bukunya yang berjudul Soal Jawab Tentang Berbagai Masalah Agama, Ahmad Hassan telah mengungkapkan masalah Thalaq Tiga.
Soal : seprang telah pernah menthalaq istrinya dua kali, perempuan itu kawin dengan B, kemudian B thalaq pula akan dia, kemudian bernikah lagi dengan si suami lama (A); dan sesudah itu A thallaq lagi (jadi tiga kali bersama dengan thalaq yang dahulu). Sekarang prempuan itu dengan si A mau nikah lagi, bolehkah atau tidak ?[25]
Jawab : Firman Allah :
"thalaq itu dua kali, sesudah itu kamu ruju' dengan cara yang sopan atau kamu lepaskan (thalaq ketiga) dengan cara yang baik" Q.S. Baqarah:229.
            Dan firman Allah :
"Jika ia thalaq dia (thalaq yang ketiga), maka tidak ia jadi halal bagi laki-laki itu, melainkan sesudah ia bernikah kepada laki-laki yang lain".Q.S.Baqarah:230.
            Dari dua ayat itu, kita dapat tahu dengan terang bahwa seorang perempuan kalau sudah dicerai (thalaq) oleh suaminya tiga kali, tidak boleh ia kembali kepada suami itu lagi melainkan sesudah ia berniah kepada seorang laki-laki yang lain.
            Jadi bernikah dengan orang lain itu, menjadikan seorang perempuan sebagai seorang yang baru terhadap kepada suaminya yang sudah menceraikan dia tiga kali itu.
Apabila thalaq tiga itu bisa dipandang terhapus lantaran perempuan-perempuan itu bernikah dengan orang lain, maka lebih utama thalaq satu dan thalaq dua dipandang terhapus lantaran perempuan itu bernikah dengan orang lain.
Ringkasnya :
            Seorang perempuan kalau suaminya sudah menthalaq dia sekali, dua kali dan tiga kali, lalu ia bernikah dengan laki-laki itu pula thalaq dia, maka perempuan itu terhadap suaminya yang pertama tadi adalah sebagai seorang perempuan yang baru.
            Kalau kita melihat pemikiran Ahmad Hassan tentang hukum keluarga, tidak ada setting politik yang mempengaruhi mengapa Ahmad Hassan berkata demikian. Tetapi yang menjadi dasar pemikirannya seperti itu karena pendidikan dan lingkungannya. Sejak kecil Ahmad Hassan sudah belajar dan dididik masalah agama. Tidak ada pengaruh politik dalam pemikiran Ahmad Hassan, tetapi lebih pada substansi hukum itu sendiri.
3.      Istimbat hukum A. Hassan
Dalam menggali masalah hukum Ahmad Hassan merujuk kepada Al-Qur'an dan Hadis guna menemukan hukum. Karena Qur'an dan hadislah sumber pokok hukum islam. Pendapatnya bahwa hanya al qur'an dan hadis yang menjadi pokok sumber hukum islam senantiasa tercermin dalam seluruh buah pikirannya dan menjadi kerangka berpikirnya yang amat mendasar[26].
Selain kedua sumber pokok hukum islam (al qur'an dan hadis),  ijma dan kias merupakan metode untuk menetapkan hukum. Kias baginya hanya berlaku dalam lapangan muamalah, tidak dalam lapangan ibadah. Menurutnya, pemakaian kias dalam bidang ibadah berarti penambahan ibadah itu. Setiap ibadah, selain yang telah ditentukan oleh Allah SWT dan Rasulnya, adalah bid'ah[27].
Bagi A. Hassan Alquran dan hadis memiliki arti yang sangat penting karena kedua sumber ini mempresentasikan Islam dalam bentuknya yang murni dan dalam bentuk itulah Islam dapat diadaptasi ke berbagai kondisi dan konsep yang berlaku di dunia modern. Oleh karena itu beliau sangat menekankan penggunaan Alquran dan Hadis dalam memberikan bukti-bukti bagi kebenaran pandangannya tentang masalah-masalah keagamaan, sosial, ekonomi dan politik[28].
Cara menyampaikan hukum masalah agama Ahmad Hasan adalah :
1.      Debator
2.      Media masa
3.      Dialog
4.      Soal jawab
Empat cara yang diempuh Ahmad Hasan dalam menyampaikan masalah agama diatas sangat popular dikala itu. Cara-cara itulah yang membuat keistimewaan tersendiri bagi Ahmad Hassan daripada yang lainnya. Terutama media massa yang tidak dimiliki sebanyak dan seheboh selain persatuan persis Ahmad Hassan.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ahmad Hassan merupakan anak dari seorang wartawan yang pandai agama di Singapura. Ketekunannya dalam menuntut ilmu telah mengantarkannya sebagai tokoh berpengaruh dalam pembaruan islam di Indonesia terutama bagi kalangan organisasi Persatuan Islam (Persis).
Hassan adalah sosok yang mandiri yang dalam pembiayaan pendidikan dihasilkan dari jerih payahnya dalam bekerja sebagai karyawan toko, wartawan, bahkan beliau pernah membuka tembel ban dan menjadi buruh di pabrik tenung. Hassan bergabung dalam Persis pada tahun 1926.. Bergabung Hassan telah membawa kemajuan besar bagi Persis yang membuat terobosan pembaruan oragnisasi tersebut. Pembaruan yang dilakukan Hassan meliputi aspek organisasi tersebut, mulai dari dasar-dasar organisasi hingga program pembangunan pendidikan yang pada akhirnya ia berhasil mendirikan Pesantren persatuan Islam di Bandung dan di Bangil Pasuruan. Pemikiran Hassan sangat beragam mulai dari ketuhanan, risalah kenabian, al-Qur’an dan Hadis hingga pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, Hassan mempunyai tujuan bahwa pendidikan harus mampu melahirkan siswa yang pandai berdakwa dan berakhlak mulia sebagaimana telah diajarkan dalam al-Qur’an dan hadis. Untuk menjadi guru, seseorang harus mempunyai keilmuan yang berkualitas dan telah mengamalkan ilmu-ilmu yang akan diajarkan kepada siswa serta tidak mengahrapkan gaji. Untuk menjadi peserta terdapat syarat yang harus dipenuhi; mau beribadah hanya kepada Allah dan mau berdakwah setelah lulus pendidikan. Metode pengajaran yang diterapkan adalah diskusi, Tanya jawab, ceramah, dan debat. Sedangkan evaluasi berbentuk lisan dan tulisan yang dilakukan pada setiap akhir pelajaran, tengah semester dan akhir semester.
Daftar pustaka
Al-Qur'an
A. Mughni, Syafiq,  Nilai-nilai Islam Perumusan Ajaran dan Upaya Aktualisasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001).
 Azis Dahlan, Abdul (et al), Ensiklopedia Hukum Islam (Jakarta : Intermas, 1996).
Hassan, Ahmad, Soal Jawab Tentang Berbagai Masalah Agama.
Iskandar, Salman, 55 tokoh muslim Indonesia paling berpengaruh (solo :tinta medina, 2011).
Jaenuddin, Jejen, Ahmad Hasan Persatuan Islam : Sosok Pemikir Pendidikan Berkarakter (diterbitkan oleh puslitbang pendidikan Agama dan keagamaan badan litbang dan diklat akementrian Agama RI,2010).
Mansur Suryanegara, Ahmad, Api Sejarah Mahakarya Perjuangan Ulama dan Santri (Bandung: PT Grafindo Media Pratama, 2009).
Mohammad, Herry, dkk, Tokoh – tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20 (Jakarta : Gema Insani, 2006).
Nur Hizbullah AHMAD HASSAN: KONTRIBUSI ULAMA DAN PEJUANG PEMIKIRAN ISLAM DI NUSANTARA DAN SEMENANJUNG MELAYU, Al-TurĂ¢s:Vol. XX No.2, Juli 2013 Jakarta : Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Hassan, diakses pada tanggal 10 desember 2015.




[1]Jejen Jaenuddin, Ahmad Hasan Persatuan Islam : Sosok Pemikir Pendidikan Berkarakter (diterbitkan oleh puslitbang pendidikan Agama dan keagamaan badan litbang dan diklat akementrian Agama RI,2010),hal.115.
[2]Salman Iskandar, 55 tokoh muslim Indonesia paling berpengaruh (solo :tinta medina, 2011), hal. 158.
[3]Herry Mohammad, dkk, Tokoh – tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20 (Jakarta : Gema Insani, 2006),hal. 16.
[4]Jejen Jaenuddin, Ahmad Hasan Persatuan Islam : Sosok Pemikir Pendidikan Berkarakter,hal.115.
[5]Salman Iskandar, 55 tokoh muslim Indonesia paling berpengaruh (solo :tinta medina, 2011), hal. 158.
[6]Salman Iskandar, 55 tokoh muslim Indonesia paling berpengaruh, hal. 158. 
[7]Nur Hizbullah AHMAD HASSAN: KONTRIBUSI ULAMA DAN PEJUANG PEMIKIRAN ISLAM DI NUSANTARA DAN SEMENANJUNG MELAYU, Al-TurĂ¢s:Vol. XX No.2, Juli 2013 Jakarta : Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, hal.45.

[8] Salman Iskandar, 55 tokoh muslim Indonesia paling berpengaruh (solo :tinta medina, 2011), hal. 160.
[9]Herry Mohammad, dkk, Tokoh – tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20 (Jakarta : Gema Insani, 2006),hal. 15.
[10]Salman Iskandar, 55 tokoh muslim Indonesia paling berpengaruh, Hal.161.
[11]Herry Mohammad, dkk, Tokoh – tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20,hal. 15. 
[12] Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah Mahakarya Perjuangan Ulama dan Santri (Bandung: PT Grafindo Media Pratama, 2009),hal.484.
[13]Jejen Jaenuddin, Ahmad Hasan Persatuan Islam : Sosok Pemikir Pendidikan Berkarakter,hal.142. 
[14] https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Hassan, diakses pada tanggal 10 desember 2015.
[15]Nur Hizbullah AHMAD HASSAN: KONTRIBUSI ULAMA DAN PEJUANG PEMIKIRAN ISLAM DI NUSANTARA DAN SEMENANJUNG MELAYU, Al-TurĂ¢s:Vol. XX No.2, Juli 2013 Jakarta : Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, hal.47.
[17]Syafiq A. Mughni, Nilai-nilai Islam Perumusan Ajaran dan Upaya Aktualisasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001),hal.128.
[18] Syafiq A. Mughni, Nilai-nilai Islam Perumusan Ajaran dan Upaya Aktualisasi, hal. 128.
[19]Herry Mohammad, dkk, Tokoh – tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20,hal. 16.
[20]Jejen Jaenuddin, Ahmad Hasan Persatuan Islam : Sosok Pemikir Pendidikan Berkarakter,hal.117. 
[21]Jejen Jaenuddin, Ahmad Hasan Persatuan Islam : Sosok Pemikir Pendidikan Berkarakter,hal.118.
[22]Jejen Jaenuddin, Ahmad Hasan Persatuan Islam : Sosok Pemikir Pendidikan Berkarakter,hal.119. 
[23]Herry Mohammad, dkk, Tokoh – tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20,hal. 18. 
[24]Herry Mohammad, dkk, Tokoh – tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20,hal. 18.
[25]A.Hassan dkk, Soal Jawab Tentang Berbagai Masalah Agama (Bandung: C.V. Diponegoro,1982),hal.1437.
[26]Abdul Azis Dahlan (et al), Ensiklopedia Hukum Islam (Jakarta : Intermas, 1996),hal.534.
[27] Abdul Azis Dahlan (et al), Ensiklopedia Hukum Islam, hal. 534.