AHMAD HASSAN
Oleh :
Yasin Yusuf Abdillah
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tokoh
yang akan kita bicarakan di makalah ini adalah seorang tokoh yang mempunyai
banyak sebutan atau gelar. Sebagaimana disebutkan dalam sejarah tokoh tersebut
adalah Ahmad Hassan. Ahmad hasan dikenal dengan guru utama persis, Ahmad Hasan
juga dikenal sebagai Penjaga Akidah Ummat, Hassan
Bandung ketika sudah tinggal di kota Bandung, dan Saat masih menetap di Bangil,
biasa dipanggil dengan Ahmad Hassan Bangil.
Ahmad
Hassan salah satu ulama muda yang selalu mempunyai gagasan baru yang tergolong
kritis dan tajam. Pemikiran Ahmad Hassan mengalami perkembangan yang cukup
pesat. Ahmad Hassan merupakan tokoh yang amat gigih dalam mengembangkan
ilmu-ilmu keislaman di masanya. Ahmad Hassan banyak bergerak lewat media
diskusi, debat, soal jawab, dan mengadakan kursus pendidikan, mendirikan
pesantren, menerbitkan berbagai buku serta majalah. Ahmad Hasan merupakan
seorang guru besar dalam organisasi Persis (persatuan Islam).
Ahmad Hasan dikenal sebagai salah satu tokoh pembaharuan di
Indonesia. A. Hasan pada pertengahan abad 20-an bergabung dengan organisasi
Persatuan islam (Persis) yang baru berdiri di Bandung, yang mana kala itu
organisasi persis baru berusia 3 tahun. Melalui Persis ini beliau dikenal luas
sebagai pemikir muslim yang teguh menyerukan sikap memurnikan Islam dengan
kembali kepada Quran dan Sunnah, menghapus penyakit tahayyul, bid'ah taklid dan
khurafat.
Ahmad Hasan memiliki gagasan keagamaan progressif yang beliau
sampaikan secara lugas dan argumentasi yang akurat, yang kemudian mampu
memberikan pengaruh cukup berarti terhadap gerakan pembaharuan Islam di
Indonesia.
Ahmad
Hassan seringkali menggunakan metode debat tentang segala sesuatu yang terkait
dengan problem keagamaan. Cara tersebut memberikan kepuasan tersendiri di
setiap kalangan masyarakat yang mengikuti acara tersebut. Akhirnya nama
A.Hassan populer dan tersiar ke berbagai peloksok dan memperkuat lembaga dan
organisasi Persis sebagai gerakan Islam progresif.
Di dalam makalah ini akan dijelaskan tentang riwayat hudup Ahmad Hassan serta
pemikiran-pemikirannya dalam mengembangkan agama Islam.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
kondisi sosial, kultural dan politik pada masa Ahmad Hassan?
2.
Bagaimana
Profil mazhab/ Biografi tokoh (dalam konteks sosialnya) ?
3.
Bagaimana
Pemikiran Hukum Mazhab/tokoh (yang dikaitkan dengan konteks sosial politik
masanya) ?
C. Tujuan Pembahasan
1.
Untuk
mengetahui dan memahami kondisi sosial, kultural dan politik pada masa
Ahmad Hassan
2.
Untuk
mengetahui dan memahami Profil mazhab/ Biografi tokoh (dalam konteks
sosialnya)
3.
Untuk
mengetahui dan memahami Pemikiran Hukum Mazhab/tokoh (yang dikaitkan
dengan konteks sosial politik masanya)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi sosial, kultural dan politik
pada masa itu;
Kondisi
sosial pada masa Ahmad Hasan, ketika beliau masih di Singapura belia sering
bersentuhan dengan gagasan-gagasan reformis. Di Singapura A. Hasan juga sering
membaca karya-karya pembaharan, seperti : Al Manar dari Mesir, Al Munir dai
Padang, dan Al Imam dari Singapura.[1]
Sebeb
A. hassan pindah dari singapura ke Surabaya. Ahmad hasan suka berpidato,
sehingga dalam salah satu pidatonya ia mengecam kemunduran umat islam sehingga
membuat pemerintah singapura menganggapnya berpolitik. Ia pun dilarang
berpidato dimuka umum.[2] Tahun
1921, Hasan berangkat ke Surabaya, mengelola toko milik paman yang sekaligus
gurunya, Abdul Lathif. Sebelum berangkat, pamannya berpesan kepada keponakannya
jangan bergaul dengan Faqih Hasyim yang dianggap sesat karena faham Wahabi.
Karena pada waktu itu sedang terjadi konflik antara kaum tua (tradisionalis)
dengan kaum muda (modernis) pembaruan pemikiran islam yang dipelopori oleh
faqih hasyim, seorang pedagang sekaligus pendakwah yang datang dari padang.[3]
Yang
dimaksud dengan kaum tua dan kaum muda adalah kaum tua pada prinsipnya
mempertahankan kenyamanan beragama dengan bertumpu pada akulturasi agama dengan
tradisi local yang telah berlangsung lama dan mapan. Sedangkan kaum muda adalah
kelompok pembaru yang ingin mengembalikan islam ke masa lalu, yaitu al qur'an
dan hadis.[4]
Hassan
datang kesurabaya semata-mata hanya untuk berdagang dan tinggal ditempat
pamannya yang lain yaitu Abdullah Hakim. Suatu hari pamannya minta kepada hasan
untuk menemui K.H.A Wahab Hasbullah.
pada 1921 saat itu, Surabaya terjadi
perdebatan antara kaum pembaharuan pemikiran islam dengan kaum
tradisionalis.perhatiannya untuk memperdalam islam pun semakin serius setelah
menyaksikan pertentangan tersebut. Maksud kedatangan kesurabaya untuk
berdagangpun teralihkan. Ia lebih banyak bergaul dengan tokoh-tokoh
pembaharuan.[5]
Toko
teksil milik pamannya dikembalikan oleh ahmad hasan, kemudian ahmad Hassan
dikirim ke Kediri untuk belajar pertenunan. Selesai belajar di Kediri ia
melanjutkan sekolah pertenunan di bandung. Di bandung inilah ia tinggal bersama
keluarga Muhammad yunus, salah seorang pendiri persis. Akhirnya ahmad hasan
mengabdikan dirinya dalam penelaahan dan pengkajian islam dengan berkiprah di
persis.[6]
Sebenarnya
ia masuk persis bukan tertarik pada paham-pahamnya. Justru A Hassan yang
membawa persis menjadi gerakan islah. Ia sadar bahwa pemikirannya harus
dituangkan dalam sebuah gerakan agar bisa berkembang efektif. Maka, tampaklah
gabungan antara watak Hassan yang tajamm dalam berpikir dan ciri persis yang
keras.
Pada
tahun 1941 menjelang pendudukan jepang ahmad hasan kembali ke Surabaya,
kepindahan itu diikuti oleh beberapa orang santrinya dari persis bandung. Di
bangil kota kecil dekat Surabaya mendirikan pesantern untuk para santrinya.
Di
bangil inilah perhatiannya ditumpahkan pada penelitian agama islam, langsung
dari sumber pokoknya, al qur'an dan hadis.
Ahmad
hasan memberikan andil besar terhadap pemikiran keislaman presiden soekarno.
Bungkarno suka meminta buku-buku dan majalah karya ahmad Hassan sebagai pengisi
ruh batiniyah yang haus akan keislaman saat menjalani masa pembuangan oleh
penjajah belanda di ende flores.
Surat-surat
bung karno kepada ahmad hasan menjadi saksi kedekatan mereka meskipun
sebelumnya diantara mereka terjadi polemik berkepanjangan tentang islam dan
nasionalisme. Ahmad hasan selalu menyerang kaum nasionalis sekuler dibawah
kepemimpinan bung karno dalam tulisan tulisannya di majalah pembela islam.
Tetapi diantara mereka tetap akrab. Saat soekarno ditahan dipenjara sukamiskin
ahmad Hassan kerap mengunjunginya dan memberikan buku-buku bacaan. Ia
menganggap bung karno sebagai kawannya yang selalu ditentangnya. Kawan menjadi
lawan berkenaan dengan gerakan dan cita-cita nasionalismenya.
B. Profil mazhab/ Biografi tokoh (dalam
konteks sosialnya)
1.
Tempat dan tanggal lahir
Ahmad Hassan (Nama
lahir: Hassan bin Ahmad) atau Ahmad Bandung atau Ahmad
Bangil atau Hassan Bandung lahir di Singapura, 31 Desember 1887. Beliau lahir dari pasangan keturunan
India dari garis ayah maupun ibu, yaitu Ahmad yang bernama asal Sinna Vappu
Maricar, dan ibu Muznah keturunan Mesir asal Madras India kelahiran Surabaya, Indonesia.
Nama beliau sebenarnya adalah Hassan. Namun, sesuai tradisi keturunan India yang tinggal di
Singapura, nama ayah beliau tertulis di depan nama aslinya dan jadilah nama
beliau yang terkenal dengan Ahmad Hassan dan sering pula disingkat menjadi A.
Hassan.[7]
Hasan
mempunyai seorang istri, Maryam, yang dinikahinya disingapura pada Tahun 1911.
Maryam adalah seorang peranakan tamil-melayu dari keluarga yang taat berpegang
pada agama. Hasan mempunyai 7 orang anak. (1) Abdul Qadir, (2) Jamilah,
(3) Abdul Hakim, (4) Zulaikha, (5) Ahmad, (6) Muhammad Sa‘id, (7) Manshur.
Pada
10 november 1958, di RS Karangmenjangan (RS Dr. Soetomo) surabaya, ahmad hasan
wafat dalam usia 71 tahun. Ia adalah ulama besar yang telah menorehkan sejarah
baru dalam gerakan pemurnia ajaran islam di Indonesia dengan ketegasan,
keberanian, dan kegigihannya menegakkan al qur'an dan sunnah nabi SAW.[8]
2.
Pendidikan
Sejak
usianya 7 tahun, ahmad hasan sudah belajar al qur'an dan ilmu-ilmu agama. Lalu
ia masuk sekolah melayu dan belajar bahasa melayu, arab, inggris, dan tamil.
Dengan ilmu itulah hasan secara otodidak memperdalam agama, seperti fara'id
fiqh, mantek, tafsir, dan lainnya.[9]
3.
Karir A.Hassan
Pada
tahun 1910-1913, hasan mengajar di madrasah dari tingkat ibtidaiyah sampai
Tsanawiyah orang-orang india di arab street, Baghdad street, dan geilang,
singapura.[10]
Pada tahun 1912-1916 hasan bekerja di surat kabar Utusan Melayu yang
diterbitkan oleh singapura press.[11]
4.
Guru dan murid A.Hassan
Yang pernah
mengajar dan sekaligus guru Ahmad Hasan yaitu : [12]
- Hadji
Achmad (ilmu Al-qur'an)
- Hadji
Mohammad Taib (nahwu dan saraf)
- Aid
Abdoellah (b.arab)
- Abdul
latief
- Syekh
Hasan
- Syekh
Ibrahim
Yang pernah belajar dengan A. Hassan, antara
lain:[13]
5.
Karya-karya A. Hassan
Banyak
sekali karya tulisan A.Hassan, diantara karya karyanya adalah :[14]
No
|
karya
|
No
|
karya
|
1
|
Tafsir Al-Quran, Al-Furqan, 1956.
|
23
|
Pengajaran Shalat
|
2
|
Soal-Jawab tentang Berbagai Masalah Agama (4
jilid)
|
24
|
Pemerintahan Islam
|
3
|
Kitab Pengajaran Shalat
|
25
|
Special Diction,
|
4
|
Tarjamah Bulughul Maraam (selesai
17-8-1958)
|
26
|
Pepatah
|
5
|
A.B.C. Politik
|
27
|
Risalah Kudung,
|
6
|
Adakah Tuhan?
|
28
|
Risalah Hajji,
|
7
|
Al-Burhan
|
29
|
Pedoman Tahajji,
|
8
|
Al-Fara'id
|
30
|
Nahwu,
|
9
|
Al-Hidayah
|
31
|
Bacaan Sembahyang
|
10
|
Al-Hikam
|
32
|
Belajar Membaca Huruf Arab
|
11
|
Al-Iman
|
33
|
Perempuan Islam,
|
12
|
Al-Jawahir
|
34
|
At-Tauhid
|
13
|
Al-Manasik
|
35
|
Aqaid
|
14
|
Al-Mazhab
|
36
|
Apa Dia Islam?
|
15
|
Al-Mukhtar
|
37
|
An-Nubuwwah
|
16
|
Bibel lawan Bibel
|
38
|
Debat Kebangsaan
|
17
|
Debat Luar Biasa
|
39
|
Ringkasan
Islam
|
18
|
Debat Riba
|
40
|
Qaidah Ibtidaiyah
|
19
|
Tertawa,
|
41
|
Risalah Ahmadiyah
|
20
|
Topeng Dajjal
|
42
|
Surat Yasin,
|
21
|
Wajibkah Zakat?
|
43
|
Syair
|
22
|
What is Islam
|
44
|
Talqien,
|
23
|
Merebut kekuasaan
|
45
|
Politik islam dan kebangsaan
|
Karya
yang paling popular A. Hassan hasan
adalah Tafsir
Al-Quran, Al-Furqan, 1956. Karya ahmad
hasan itu dittulis dalam beberapa waktu, tidak sekaligus langsung selesai dari
bagian awal sampai akhirnya. Tercatat bahwa bagian pertama al furqan tafsir al
qur'an terbit pertama kali pada tahun 1928. Penerbit bagian berikutnya terus
berlanjut sampai tahun 1941, tetapi baru selesai pada surah Maryam. Oleh karena
kesibukan penulis di dunia dakwah, pergerakan, dan pendidikan tahap pengerjaan
berikutnya baru dimulai lagi tahun 1953. Penulis pada tahapan ini cukup
intensif sehingga rampunglah penerjemahan dan juga penafsiran al qur'an
sehingga dapat terbit pada tahun 1956[15]. Tafsir
al-Furqan adalah karya besar dan penting yang dimiliki oleh Ahmad Hasan. Secara
jelas masalah tafsir al furqan yaitu[16] :
1. Latar
Belakang Penulisan Tafsir
Pada
dasarnya Ahmad Hassan tidak menjelaskan secara komprehensif dan eksplisit
mengenai latar belakang penulisan karya Tafsir al-Furqan, akan tetapi hal ini
bisa dilihat dari mukadimah tafsirnya, terdapat tiga latar belakang
penulisannya yaitu : a) Bagi Ahmad Hassan al-Qur’an dan Hadits sangat lah
penting, sehingga sebuah karya tafsir bisa dijadikan sebagai bahan bacaan yang
berguna untuk memecahkan beberapa masalah umat. b) Anggota PERSIS ingin sekali
mempunyai pegangan bacaan sebuah tafsir, sehingga dapat memudahkan mereka
memahami al-Qur’an. c) Atas dorongan pengusaha penerbit buku yang bernama
Sa’id Nabhan sehingga beliau mampu menerbitkan sekaligus menyelesaikan Tafsir
al-Furqan
2.
Manhaj (pendekatan) Penafsiran
Manhaj
dalam tafsir ini adalah bil ra’yi. Alasan penulis mengklaim tafsir bil ra’yi
karena metode yang dipakai adalah metode kebahasan, sehingga sangatlah jelaslah
bahwa A.Hasan menggunakan ra’yu. Alasan lain ialah penjelasannya sangat
diperluas dengan keterangan tambahan dari A. Hasan sendiri yang sumbernya
berasal dari beliau sebagaiaman contoh dalam Q.S al-Baqarah ayat 10 :
"Didalam
hati mereka ada penyakit,lalu Allah menambahkan penyakit kepada mereka. Bagi
mereka siksaan yang pedih karena mereka telah berdusta".
Adapun
pada bagian ini A.Hassan memberi penjelasan mengenai pada ayat ini dengan
member endnote penjelasannya sebagai berikut “Di dalam hati mereka yang munafik
terdapat penyakit dengki terhadap orang-orang Islam, maka Allah member
kemenangan dan kemajuan kepada kaum muslimin kemenangan itu menambah penyakit
mereka karena orang yang dengki, biasanya bertambah sakit hatinya jika melihat
musuhnya bertambah maju dan mendapatkan nikmat. Oleh karena itu, kaum munafik
akan mendapatkan siksa yang pedih karena mereka berdusta, yaitu berkata bahwa
mereka sudah beriman, padahal sebenarnya tidak.
3.Ṭariqah
(Metode) Penafsiran
Pada
dasarnya metode yang digunakan A.Hasan adalah penerjemahan harfiyah. Metode ini
merupakan bagian dari pada metode ijmali (global). Yaitu sebuah metode
penafsiran yang mencoba menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an secara ringkas dan
padat, tetapi mencakup (global). Metode ini juga mengulas setiap ayat al-Qur’an
dengan sangat sederhana, tanpa ada upaya untuk memberikan pengkayaan dengan
wawasan yang lain, sehingga pembahasan yang dilakukan hanya menekankan pada
pemahaman yang ringkas dan bersifat global. Walaupun banyak kalangan yang
mengatakan tafsir ini ijamli, akan tetapi asumsi penulis bahwasanya tafsir ini
tahlili, alasan penulis karena karya ini menjelaskan secara detail, sifatnya
komprehensif serta berdasarkan mushaf ‘uthmani.
4. Lawn
(Corak) Penafsiran
Terdapat
beberapa corak penafsiran dalam tafsir ini di antaranya corak ilmi dengan
alasan dalam tafsir ini terdapat tema-tema penafsiran seperti kesehatan,
botani, asrtonomi fisika, geologi. Terdapat pula corak kebahasaan dalam tafsir
ini. Hal ini bisa dilihat dari penjelasn A. Hasan mengenai huruf-huruf
mutasyabihat , serta penjelasan mengenai huruf di awal surat. Akan tetapi
corak penafsiran yang paling dominan dalam tafsir al-furqan adalah corak
bahasa. Hal ini diperkuat oleh keterang langsung dari A. Hasan. Beliau
mengatakan “ketika saya melakukan penafsiran sedapat mungkin saya mencari
sebuah kata yang tepat untuk menjelaskan suatu ayat, setelah itu saya
menerjemahkan dan menafsirakan sebagaia contoh kata amanna billahi biasanya
diterjemahkan dia percaya dengan Allah, akan tetapi A. Hasan menerjemahkan
dengan dia percaya kepada Allah”.
5.
Rujukan (referensi) Penafsiran
Dalam
karya Tafsir al-Furqan ini A. Hasan tidak menyebutkan secara jelas referensi
penafsirannya akan tetapi hal ini bisa dilihat dari keterangannya mengutip
pendapat dari orang lain, di antara referensi yang digunakan dalam karya ini
adalah : Qaul sahabat yaitu Ibn Abbas seperti penjelasan alif lam ra’ yang
diambil dari perkataan Ibn Abbas.
6.
Kritikan Terhadap Tafsir al-Furqan
Ketika
melihat Tafsir Al-Furqan, dan membuka lebaran-lembarannya, maka kesan awal yang
tersirat adalah bahwa itu sebuah kitab terjemah Al-Quran, bukan kitab tafsir.
Karena tidak ada kesan seperti kitab tafsir pada umumnya. Inilah kritik yang
diberikan dalam karya ini. Al-Furqan layak nya seperti terjemah al-Qur'an
sebagaimana terjemahan yang lainnya, yang dibubuhi dengan catatan kaki. Itupun
tidak semua surah ada catatan kakinya, bahkan ada surah yang sama sekali tidak
ada catatan kakinya, seperti surah Quraisy.
7.
Sistematika Penulisan Kitab Tafsir
Bagi
penulis Tafsir al-Furqan ini adalah tafsir yang sangat komprhensif, karena
didalamnya termuat berbagai macam penjealasan mulai dari sejarah al-Qur’an,
ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an serta huruf yang terkait dengan penjelasan
mengenai ayat al-Qur’an itu sendiri, adapun sistematika nya sebagai berikut
: a. Pada bagian awal kover dalam Tafsir al-Furqan dicantumkan nama
mufasir, penyunting, serta penerbit, disertai dengan tahun cetakan. b. Pada
bagian pengantar tafsir ini memuat pengantar dari Prof. Dr. Ir. Zuhal Abdul
Qodir. Setelah itu pengantar dari penyunting, kemudian transliterasi c.
Pada bagian pendahuluan tafsir ini, diberi pendahuluan yang ditulis oleh A.
Hasan sendiri. Adapun isi pendahuluan nya terdiri dari pasal-pasal sebanyak 33
pasal. Setiap pasal menerangkan menngenai pembahasan tentang al-Quran, misalnya
pasal 4, penjelasan mengenai sejarah al-Qur’an. d. Setelah pendahuluan
beliau memasukan glasarium yaitu keterangan beberapa kata-kata kunci dalam
al-Qur’an seperti al-Haq artinya kebenaran yang nyata. Atau bisa disebutkan
kata-kata ilmiah yang disusun secara alphabet. e. Setelah itu dalam tafsir
ini disebutkan beberapa tema-tema pokok al-Qur’an dengan mencantumkan
ayat-ayatnya, atau dengan kata lain ini merupakan indeks al-Quran berdasarkan
tema.
Akan
tetapi hal ini bukan ditulis A. Hasan akan tetapi ditulis oleh Abdul Qadir
Hassan. Kemudian menempatkan tema-tema berdasarkan keterangannya dan ayat-ayatnya
pada bagian berikutnya. f. Setelah lengkap keseluruhannya barulah A. Hasan
mencantumkan daftar isi yang berisikan nama surat dan arti dari nama surat itu
sendiri dengan menggunakan bahasa Arab dan bahasa Indonesia.
g. Setelah itu beliau mulai melakukan penafsiran yang di awali dengan surat al-Fatihah dan di akhiri dengan surat al-Nas.
g. Setelah itu beliau mulai melakukan penafsiran yang di awali dengan surat al-Fatihah dan di akhiri dengan surat al-Nas.
Perlu
dicatat bahwa penfsiran yang dilakukan sangatlah menarik. Pertama beliau
memulai dengan basmalah, pada setiap surat, kemudian beliau mencantumkan arti
dari nama surat tersebut, jumlah ayatnya, tempat turunnya surat, dan terjemahan
(tafsirannya), pada bagian akhir diberikan catatan akhir pada setiap surat. Dan masih banyak lagi karya A. Hasan yang lainnya
C. Pemikiran Hukum Mazhab/tokoh (yang
dikaitkan dengan konteks sosial politik masanya);
1.
Pemikiran dan Pengaruh pemikiran A. Hassan
Awal
abad ke-20 telah menyaksikan arus pemikiran islam yang pada gilirannya akan
memainkan peran penting dalam perkembangan faham islam di Indonesia, yaitu
pemikiran disekitar usaha penyembuhan ummat dari penyakit kejumudan, dengan
jalan kembali kepada al qur'an dan sunnah. Usaha ini biasa disebut gerakan islah
atau tajdid atau dalam sosiologi barat disebut reformasi[17].
Dengan
fenomena tersebut, Ahmad Hassan merupakan tokoh yang sangat penting dalam
membrantas kejumudan ummat islam. Faktor yang penting dalam penilaian masalah
itu bagi Ahmad Hassan adalah : keberaniannya secara terbuka untuk menentang
arus pemikiran yang dipandang menjadi kendala bagi kemajuan ummat, dan
ketekunannya untuk menggarap bidang-bidang yang strategis bagi sebuah gerakan
pemikiran[18].
Sebab
atau latar belakang pemikiran A. Hassan itu
sngat penting. Untuk menelusuri perubahan sikap A. Hassan dalam agama, sukar
untuk disimpulkan, apakah terjadinya perubahan itu sejak ia belajar kepada para
guru dan ulama ketika masih di Singapura ataukah ketika ia bergaul baik dengan
kaum muda di Surabaya atau jam’iyyah Persis di Bandung. Namun, nampaknya
perubahan ini datang lambat laun karena berbagai hal yang mempengaruhi sikap A.
Hassan terhadap agama, antara lain pengaruh keluarga, pengaruh bacaan, dan
pengaruh pergaulan[19].
Pada akhirnya ia mempunnyai sikap keagamaan yang mirip – mirip dengan gerakan
wahabi.
Ketika
masih di Singapura, diusianya yang masih belia, ia sering melihat ayahnya
seusai menguburkan jenazah langsung pulang. Tidak ada acara talkin, tahlil dan
sebagainya.begitu juga ketika mau melakukan sholat, tidak ada kata-kata
ushalli. Selain dari ayahnya hasan juga dipengaruhi tiga ulama asal india,
yaitu :
- Thalib
Rajab Ali
- Abdurrahman
- Dan
Jaelani
Tiga
orang ini dan ayahnya terkenal dengan paham wahabi. Gerakan wahabi tak jarang
menggunakan aksi-aksi kekerasan, dalam bentuk merobohkan bangunan-bangunan yang
berpotensi dipakai untuk aktifitas yang tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Karena itu gerakan ini tak segan segan untuk menghancurkan kuburan para sahabat
Nabi Saw karena dinilai telah digunakan sebagai tempat pemujaan baru selain
Allah.
Hassan
terpengaruh pada sikap dan semangat membersihkan syirik dari kalangan wahabi
ini. Adapun caranya hasan lebih suka melakukan dengan cara berdebat secara
langsung, atau menulis dalam bentuk artikel atau buku.
Tahun
1924 hassan pergi ke bandung untuk memperdalam ilmu pertenunan karena Hassan
sangat tertarik dengan tenun. Ia tinggal dengan Muhammad yunus, seorang pendiri
persis.
Tahun
1926 pabrik tenun ditutup karena kekurangan bahan baku, selama dibandung inilah
hasan sering ikut aktivias di persisi, dan secara resmi menjadi anggota tahun
1926.
Pemikiran-pemikiran
Ahmad Hasan diantaranya adalah :
Pemikiran
tentang Agama dan Keagamaan
Sebelum
berangkat ke Surabaya paman yang sekaligus gurunya, Abdul Lathif. berpesan
kepada keponakannya jangan bergaul dengan Faqih Hasyim yang dianggap sesat
karena faham Wahabi.
Pada
tahun 1921 setibanya Ahmad Hasan di Surabaya, pada waktu itu terjadi gejolak
dan perseteruan kaum tua dan kaum muda. Pada awalnya, masa-masa awal di
Surabaya Ahmad Hasan cenderung sepakat dengan kaum tua, pada waktu itu beliau
juga bertemu dengan K.H Wahab Hasbullah atas saran pamannya Abdullah Hakim. Namun
seiring dengan meningkatnya pengetahuan agama dan luasnya pergaulan Ahmad Hasan
melihat bahwa kelompok muda memiliki jaringan yang luas dan bermuara ke
beberapa tokoh terkenal pada waktu itu. Disinilah pengaruh
keluarga, pengaruh bacaan, dan pengaruh pergaulan membuat Ahmad Hasan berpikir
ulang. Yang pada awalnya mengikuti kaum tua (tradisionalis) sehingga menjadi
modernis menuju pembaharuan hukum islam.
Kemudian Hassan dikirim ke Kediri untuk belajar
pertenunan. Selesai belajar di Kediri ia melanjutkan sekolah pertenunan di
bandung, di Bandung sinilah Hasan menetap dan tinggal
disalah satu tokoh persis, yaitu Muhammad yunus. Lagi-lagi Hassan terlibat
dalam masalah agama. Teman seangkatan Hassan membujuk ahmad hasan untuk mengisi
pengajian atau menjadi guru agama, karena banyak jamaah yang mengikuti
pengajian Hassan maka Hasan dibujuk untuk tetap tinggal di bandung.[20]
Karena kondisi kota Bndung waktu itu serba mahal dan
banyaknya tempat hiburan yang mengalihkan perhatian para santrinya dianggap
oleh Hassan kondisi tidak kondusif pada tahun 1940 hasan pindah ke bangil jawa
timur, dan mendirikan pesantren persisi disana.[21]
Pemikiran
tentang pendidikan
Pendidikan
yang diterapkan Ahmad Hasan adalah kebebasan berbicara dan berdiskusi. Itulah
yang dikenang oleh murid-muridnya seperti ;[22]
- Muhammad
Natsir
- Fakhrudin
al Kahiri
- Abdurrahman
- Qamaruddin
- Isa
Anshary
Karena
menurut Hassan itulah ruh penciptaan ilmu. Dari situlah kemudian dia dikenal
sebagai penulis dan debator.
Tentang
demokrasi
Hassan
ditanya oleh seseorang tuan tadi mengatakan bahwa pemerintahan islam itu
berdasarkan al qur'an, hadis dan musyawarah. Sedangkan pemerintahan demokrasi
tulen, hanya dengan rembukan rakyat. Diantara 2 ini mana yang lebih baik ?
Pemerintahan
cara demokrasi atau kedaulatan rakyat, semata-mata berdasarkan kemauan rakyat,
kalau rakyat mau halalkan zina, mengizinkan produksi minuman berakohol, dan
seterusnya, niscaya boleh. Sedangkan menurut islam, yang haram tetaplah haram,
yang makruh tetaplah makruh, dan yang sunnah tetaplah sunnah.[23]
Dalam pemerintahan dengan cara islam, maksiat tak bisa jadi perkara biasa.
Dalam system pemerintahan demokrasi tulen yang haram bisa jadi halal, yang
wajib bisa jadi haram, asal dikehendaki oleh rakyat. Dari sini tuan bisa tau
mana yang lebih baik.
Dari sekuler
sampai taklid
Dalam
pandangan hasan, ide sekularisme sungguh berbahaya, terutama dalam hubungannya
antara islam dan paham kebangsaan atau nasionalisme. Pelopor pahan kebangsaan
adalah Dr Soetomo dan Ir Soekarno[24].
Hasan menolak paham kebangsaan karena menurut ahmad hasan sama dengan
ashabiyah. Siapa saja yang menurutnya tidak sejalan dengan al-qur'an dan hadis,
akan menjadi kritikannya dengan tajam dan dalam.
Dalam
sejarahnya hasan pernah mengkritik hasbi as siddiqie karena soal jabat tangan
antara pria dan wanita yang bukan mahramny.
Pada
tahun 1940, hasan pindah ke bangil, pasuruan, jawa timur mendirikan dan
mengasuh pondok pesantren persis.
2.
Contoh pemikiran A. Hassan
yang dikaitkan dengan hukum keluarga
Dalam bukunya yang berjudul Soal Jawab Tentang Berbagai Masalah
Agama, Ahmad Hassan telah mengungkapkan masalah Thalaq Tiga.
Soal : seprang telah pernah menthalaq istrinya
dua kali, perempuan itu kawin dengan B, kemudian B thalaq pula akan dia, kemudian bernikah lagi dengan si
suami lama (A); dan sesudah itu A thallaq lagi (jadi tiga kali bersama dengan
thalaq yang dahulu). Sekarang prempuan itu dengan si A mau nikah lagi, bolehkah
atau tidak ?[25]
Jawab
: Firman Allah :
"thalaq
itu dua kali, sesudah itu kamu ruju' dengan cara yang sopan atau kamu lepaskan
(thalaq ketiga) dengan cara yang baik" Q.S. Baqarah:229.
Dan firman Allah :
"Jika
ia thalaq dia (thalaq yang ketiga), maka tidak ia jadi halal bagi laki-laki
itu, melainkan sesudah ia bernikah kepada laki-laki yang
lain".Q.S.Baqarah:230.
Dari dua ayat itu, kita dapat tahu
dengan terang bahwa seorang perempuan kalau sudah dicerai (thalaq) oleh
suaminya tiga kali, tidak boleh ia kembali kepada suami itu lagi melainkan
sesudah ia berniah kepada seorang laki-laki yang lain.
Jadi bernikah dengan orang lain itu,
menjadikan seorang perempuan sebagai seorang yang baru terhadap kepada suaminya
yang sudah menceraikan dia tiga kali itu.
Apabila thalaq
tiga itu bisa dipandang terhapus lantaran perempuan-perempuan itu bernikah
dengan orang lain, maka lebih utama thalaq satu dan thalaq dua dipandang
terhapus lantaran perempuan itu bernikah dengan orang lain.
Ringkasnya :
Seorang perempuan kalau suaminya
sudah menthalaq dia sekali, dua kali dan tiga kali, lalu ia bernikah dengan
laki-laki itu pula thalaq dia, maka perempuan itu terhadap suaminya yang
pertama tadi adalah sebagai seorang perempuan yang baru.
Kalau kita melihat pemikiran Ahmad
Hassan tentang hukum keluarga, tidak ada setting politik yang mempengaruhi
mengapa Ahmad Hassan berkata demikian. Tetapi yang menjadi dasar pemikirannya
seperti itu karena pendidikan dan lingkungannya. Sejak kecil Ahmad Hassan sudah
belajar dan dididik masalah agama. Tidak ada pengaruh politik dalam pemikiran
Ahmad Hassan, tetapi lebih pada substansi hukum itu sendiri.
3.
Istimbat hukum A. Hassan
Dalam
menggali masalah hukum Ahmad Hassan merujuk kepada Al-Qur'an dan Hadis guna
menemukan hukum. Karena Qur'an dan hadislah sumber pokok hukum islam.
Pendapatnya bahwa hanya al qur'an dan hadis yang menjadi pokok sumber hukum
islam senantiasa tercermin dalam seluruh buah pikirannya dan menjadi kerangka
berpikirnya yang amat mendasar[26].
Selain
kedua sumber pokok hukum islam (al qur'an dan hadis), ijma dan kias merupakan metode untuk
menetapkan hukum. Kias baginya hanya berlaku dalam lapangan muamalah, tidak
dalam lapangan ibadah. Menurutnya, pemakaian kias dalam bidang ibadah berarti
penambahan ibadah itu. Setiap ibadah, selain yang telah ditentukan oleh Allah
SWT dan Rasulnya, adalah bid'ah[27].
Bagi A. Hassan
Alquran dan hadis memiliki arti yang sangat penting karena kedua sumber ini
mempresentasikan Islam dalam bentuknya yang murni dan dalam bentuk itulah Islam
dapat diadaptasi ke berbagai kondisi dan konsep yang berlaku di dunia modern.
Oleh karena itu beliau sangat menekankan penggunaan Alquran dan Hadis dalam
memberikan bukti-bukti bagi kebenaran pandangannya tentang masalah-masalah
keagamaan, sosial, ekonomi dan politik[28].
Cara
menyampaikan hukum masalah agama Ahmad Hasan adalah :
1.
Debator
2.
Media
masa
3.
Dialog
4.
Soal
jawab
Empat
cara yang diempuh Ahmad Hasan dalam menyampaikan masalah agama diatas sangat
popular dikala itu. Cara-cara itulah yang membuat keistimewaan tersendiri bagi
Ahmad Hassan daripada yang lainnya. Terutama media massa yang tidak dimiliki
sebanyak dan seheboh selain persatuan persis Ahmad Hassan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ahmad Hassan merupakan anak dari seorang wartawan yang pandai agama
di Singapura. Ketekunannya dalam menuntut ilmu telah mengantarkannya sebagai
tokoh berpengaruh dalam pembaruan islam di Indonesia terutama bagi kalangan
organisasi Persatuan Islam (Persis).
Hassan adalah sosok yang mandiri yang dalam pembiayaan pendidikan
dihasilkan dari jerih payahnya dalam bekerja sebagai karyawan toko, wartawan,
bahkan beliau pernah membuka tembel ban dan menjadi buruh di pabrik tenung.
Hassan bergabung dalam Persis pada tahun 1926.. Bergabung Hassan telah membawa
kemajuan besar bagi Persis yang membuat terobosan pembaruan oragnisasi
tersebut. Pembaruan yang dilakukan Hassan meliputi aspek organisasi tersebut,
mulai dari dasar-dasar organisasi hingga program pembangunan pendidikan yang
pada akhirnya ia berhasil mendirikan Pesantren persatuan Islam di Bandung dan
di Bangil Pasuruan. Pemikiran Hassan sangat beragam mulai dari ketuhanan,
risalah kenabian, al-Qur’an dan Hadis hingga pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, Hassan mempunyai tujuan bahwa pendidikan
harus mampu melahirkan siswa yang pandai berdakwa dan berakhlak mulia
sebagaimana telah diajarkan dalam al-Qur’an dan hadis. Untuk menjadi guru,
seseorang harus mempunyai keilmuan yang berkualitas dan telah mengamalkan
ilmu-ilmu yang akan diajarkan kepada siswa serta tidak mengahrapkan gaji. Untuk
menjadi peserta terdapat syarat yang harus dipenuhi; mau beribadah hanya kepada
Allah dan mau berdakwah setelah lulus pendidikan. Metode pengajaran yang
diterapkan adalah diskusi, Tanya jawab, ceramah, dan debat. Sedangkan evaluasi
berbentuk lisan dan tulisan yang dilakukan pada setiap akhir pelajaran, tengah
semester dan akhir semester.
Daftar pustaka
Al-Qur'an
A. Mughni, Syafiq, Nilai-nilai
Islam Perumusan Ajaran dan Upaya Aktualisasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001).
Azis Dahlan, Abdul (et al), Ensiklopedia
Hukum Islam (Jakarta : Intermas, 1996).
Hassan,
Ahmad, Soal Jawab Tentang Berbagai Masalah Agama.
Iskandar, Salman, 55 tokoh muslim Indonesia paling berpengaruh
(solo :tinta medina, 2011).
Jaenuddin, Jejen, Ahmad Hasan Persatuan Islam : Sosok Pemikir
Pendidikan Berkarakter (diterbitkan oleh puslitbang pendidikan Agama dan
keagamaan badan litbang dan diklat akementrian Agama RI,2010).
Mansur Suryanegara, Ahmad, Api Sejarah Mahakarya Perjuangan
Ulama dan Santri (Bandung: PT Grafindo Media Pratama, 2009).
Mohammad, Herry, dkk, Tokoh – tokoh Islam yang Berpengaruh Abad
20 (Jakarta : Gema Insani, 2006).
Nur Hizbullah AHMAD HASSAN:
KONTRIBUSI ULAMA DAN PEJUANG PEMIKIRAN ISLAM DI NUSANTARA DAN SEMENANJUNG
MELAYU, Al-TurĂ¢s:Vol. XX No.2, Juli 2013 Jakarta : Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Hassan, diakses pada tanggal 10 desember 2015.
http://muhsinschool87.blogspot.co.id/2010/12/tafsir-al-furqan-karya-ahmad-hassan.html, diakses tanggal 18 januari 2016.
[1]Jejen
Jaenuddin, Ahmad Hasan Persatuan Islam : Sosok Pemikir Pendidikan
Berkarakter (diterbitkan oleh puslitbang pendidikan Agama dan keagamaan
badan litbang dan diklat akementrian Agama RI,2010),hal.115.
[2]Salman
Iskandar, 55 tokoh muslim Indonesia paling berpengaruh (solo :tinta
medina, 2011), hal. 158.
[3]Herry Mohammad,
dkk, Tokoh – tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20 (Jakarta : Gema
Insani, 2006),hal. 16.
[4]Jejen
Jaenuddin, Ahmad Hasan Persatuan Islam : Sosok Pemikir Pendidikan
Berkarakter,hal.115.
[5]Salman
Iskandar, 55 tokoh muslim Indonesia paling berpengaruh (solo :tinta
medina, 2011), hal. 158.
[6]Salman
Iskandar, 55 tokoh muslim Indonesia paling berpengaruh, hal. 158.
[7]Nur Hizbullah AHMAD HASSAN:
KONTRIBUSI ULAMA DAN PEJUANG PEMIKIRAN ISLAM DI NUSANTARA DAN SEMENANJUNG MELAYU, Al-TurĂ¢s:Vol. XX No.2, Juli 2013 Jakarta : Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, hal.45.
[8] Salman Iskandar, 55 tokoh muslim Indonesia paling berpengaruh
(solo :tinta medina, 2011), hal. 160.
[9]Herry Mohammad,
dkk, Tokoh – tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20 (Jakarta : Gema
Insani, 2006),hal. 15.
[10]Salman
Iskandar, 55 tokoh muslim Indonesia paling berpengaruh, Hal.161.
[11]Herry Mohammad,
dkk, Tokoh – tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20,hal. 15.
[12] Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah Mahakarya Perjuangan Ulama
dan Santri (Bandung: PT Grafindo Media Pratama, 2009),hal.484.
[13]Jejen
Jaenuddin, Ahmad Hasan Persatuan Islam : Sosok Pemikir Pendidikan
Berkarakter,hal.142.
[14] https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Hassan, diakses pada
tanggal 10 desember 2015.
[15]Nur Hizbullah AHMAD HASSAN:
KONTRIBUSI ULAMA DAN PEJUANG PEMIKIRAN ISLAM DI NUSANTARA DAN SEMENANJUNG MELAYU, Al-TurĂ¢s:Vol. XX No.2, Juli 2013 Jakarta : Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, hal.47.
[16]http://muhsinschool87.blogspot.co.id/2010/12/tafsir-al-furqan-karya-ahmad-hassan.html, diakses
tanggal 18 januari 2016.
[17]Syafiq A.
Mughni, Nilai-nilai Islam Perumusan Ajaran dan Upaya Aktualisasi
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001),hal.128.
[18] Syafiq A. Mughni, Nilai-nilai Islam Perumusan Ajaran dan Upaya
Aktualisasi, hal. 128.
[19]Herry Mohammad,
dkk, Tokoh – tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20,hal. 16.
[20]Jejen
Jaenuddin, Ahmad Hasan Persatuan Islam : Sosok Pemikir Pendidikan
Berkarakter,hal.117.
[21]Jejen
Jaenuddin, Ahmad Hasan Persatuan Islam : Sosok Pemikir Pendidikan
Berkarakter,hal.118.
[22]Jejen
Jaenuddin, Ahmad Hasan Persatuan Islam : Sosok Pemikir Pendidikan
Berkarakter,hal.119.
[23]Herry Mohammad,
dkk, Tokoh – tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20,hal. 18.
[24]Herry Mohammad,
dkk, Tokoh – tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20,hal. 18.
[25]A.Hassan dkk,
Soal Jawab Tentang Berbagai Masalah Agama (Bandung: C.V.
Diponegoro,1982),hal.1437.
[26]Abdul Azis
Dahlan (et al), Ensiklopedia Hukum Islam (Jakarta : Intermas,
1996),hal.534.
[27] Abdul Azis Dahlan (et al), Ensiklopedia Hukum Islam, hal.
534.
[28]http://mahadalibogor.blogspot.co.id/p/pemikiran-hassan-tentang-hukum-metode.html,
diakses tanggal 18 januari 2016.