Haruskah Menerima Perjodohan ?
dan Cara Orang Tua Merestui Hubungan Kita
Menghadapi
sikap Orang Tua yang kadang bersebrangan dengan keinginan kita memang lumayan
sulit. Disatu sisi kita harus patuh dan taat kepada Orang Tua, dan satu sisi
kita menolak dengan tawaran Orang Tua karena mungkin apa yang diharapkan Orang
Tua tidak sesuai dengan keinginan kita.
Banyak
timbul pertanyaan dibenak kita, Orang Tua selalu khawatirkan anak-anaknya
karena takut anaknya salah memilih teman, pergaulan, bahkan jodoh, padahal
anaknya sudah gede dan mempunyai keinginan tersendiri yang hakikatnya tidak
diketahui oleh Orang Tua, Hanya anaknyalah yang tau. Pertanyaan yang timbul di
benak kita diantaranya adalah :
-
Bagaimana bila ternyata akhirnya kamu harus
dijodohkan oleh orang tuamu? …….
-
Haruskah kamu menerimanya? …..
-
Ataukah kamu menyiapkan sejumlah argumen untuk
menolaknya secara halus? ……
Perjodohan
sebenarnya bukan hal baru lagi. Sudah sejak zaman kakek nenek dulu hal tersebut
lazim dilakukan. Bahkan sekarang pun masih banyak yang meneruskan tradisi
tersebut. Jadi kamu jangan terburu-buru mengambil sikap antipati. Cobalah
membicarakannya terlebih dulu dengan orang tuamu. Tanyakan dulu pada mereka,
jodoh seperti apa yang sudah mereka siapkan untukmu.
Bila
orang tua meyakinkanmu bahwa mereka pasti akan memilihkanmu yang terbaik, bukan
berarti kamu pasrah saja. Kamu berhak untuk mengetahui sosok yang mereka
rekomendasikan. Profil diri dan keluarganya penting
kamu ketahui. Lalu pertimbangan apa saja yang membuat orang tuamu yakin bahwa
sosok tersebut adalah pilihan yang tepat untukmu. Apakah mereka terpesona
karena penampilannya? Atau karena keluarganya yang terpandang? Atau
pertimbangan apalagi? Coba kamu telusuri lebih lanjut hal tersebut.
Nah,
bila orang tua sekedar menjadikan status sosial
dan penampilan sebagai tolak ukurnya, tentunya kamu harus lebih bersikap
bijaksana. Fisik dan status sosial memang perlu. Tapi
keduanya tidak mampu menjamin kebahagiaan rumah tangga seseorang. Jadi kamu
perlu mencari informasi lebih dalam tentang dirinya. Bagaimana karakter sosok
yang direkomendasikan orang tuamu tersebut. Apakah ia memiliki karakter
pendamping hidup yang kamu cari selama ini atau justru tidak sama sekali.
Kamu
bisa menggali informasi tersebut dari keluarga ataupun orang yang dekat dan
mengenalnya dengan baik. Jika ternyata ia memang jodoh idaman yang kamu
nantikan selama ini, langsung saja terima perjodohan
tersebut.
Sebaliknya
bila ada hal-hal yang membuatmu masih ragu, tidak ada salahnya kamu
menyampaikannya secara terbuka pada orang tuamu. Kemukakan semua keraguanmu tersebut.
Dan mintalah pendapat kepada mereka. Kamu pun juga perlu memberikan pandangan
serta masukan. Jika keputusan finalmu terpaksa menolaknya, sampaikanlah dengan
cara yang baik dan sopan.
Cara Orang
Tua Merestui Hubungan Kita
Saya
terinspirasi untuk nulis ini ketika banyak teman-teman saya pada cerita kepada
saya. Bagaimana sich caranya agar orang tua merestui hubungan kita ? saya juga
bingung, saya sendiri tidak pernah melakukan. Tetapi saya berusaha mencari
jawaban yang kira-kira sesuai dan bisa diterapkan. Tulisan ini insya alloh akan
sedikit membantu teman-teman yang lagi pendekatan pada orang tua guna
mendapatkanrestunya. saya bagikan beberapa prinsip menembus pertahanan orang
tua untuk merestui hubungan kita.
1. Lakukan sejak dini
Berinisiatiflah
untuk mengenalkan pasangan Anda dengan orang tua Anda dari dini. Jangan tunggu
tiga tahun pacaran lalu baru datang menampakkan muka ke rumahnya! Bawa pasangan
Anda sesering mungkin ke acara-acara keluarga Anda. Pendapat positif dari keluarga
lainnya seperti paman, bibi, atau sepupu Anda dapat mempengaruhi orang tua
Anda.
Bagi
keluarga tradisional, berani menemui keluarga pasangan adalah tanda kedewasaan
dan keseriusan. Jangan sampai pasangan Anda dicap tidak serius berpacaran
karena takut bertemu keluarga Anda, padahal Anda sendiri yang melarangnya.
2. Orang tua pasangan Anda bukanlah tanggung
jawab utama Anda
Ini
adalah prinsip penting yang terlalu sering dilupakan oleh banyak pasangan. Yang
paling mengenal ayah dan ibu Anda di dalam hubungan kalian jelas Anda. Dan yang
paling mengenal ayah dan ibu pasangan Anda, jelas pasangan Anda. Artinya,
kalian masing-masinglah yang paling tahu bagaimana cara meluluhkan orang tua
kalian.
Kalian
masing-masinglah yang paling tahu titik lemah orang tua kalian, apa yang mereka
paling sukai, apa yang mereka benci, apa yang mereka hindari dari seorang
menantu, apa yang membuat mereka trauma, apa yang membuat mereka selektif, dan
mencoret seseorang dari daftar menantu. Logikanya, bila Anda sendiri tidak
mampu mengerti orang tua yang sudah merawat Anda sejak lahir, apalagi orang
lain. Jadi tanggung jawab untuk meluluhkan orang tua Anda sebenarnya ada di tangan
Anda, bukan pasangan Anda.
3. Bekerjasamalah
Namun
untungnya Anda sedang berada di dalam sebuah hubungan dan kalian memperjuangkan
kebahagiaan kalian berdua. Maka, beritahukan semua hal yang ada di point kedua
kepada pasangan Anda! Berkerjasamalah dengannya untuk menciptakan strategi
meluluhkan orang tua kalian masing-masing!
Contoh,
bila Anda tahu orang tua Anda suka buah apel, ingatkan pasangan untuk membawa
apel saat datang ke rumah. Nanti pasangan Anda akan berkata, “Saya nggak tau om
tante sukanya apa, tapi berhubung saya sukanya apel, saya bawa apel aja deh.
Maaf ya om tante, kalo nggak suka apel.”
Ingat,
cinta bukanlah soal pria berusaha menaklukkan ujian wanita, melainkan pria dan wanita bekerjasama untuk menaklukkan ujian dunia! Dan kali ini, kalian
sedang dituntut untuk bekerjasama menaklukkan ujian orang tua kalian.
Jadi
jangan berpangku tangan santai-santai saja melihat pasangan Anda pusing tujuh
keliling berusaha meluluhkan orang tua kalian. Jika pasangan Anda berjuang
sendiri untuk meluluhkan orangtuanya, juga orang tua Anda, saya
jadi mengerti mengapa orang tuanya tidak merestui Anda!
4. Berpihaklah pada orangtuanya
Ini
adalah cara paling favorit yang selalu saya gunakan, dan sampai hari ini belum
pernah gagal.
Orang
tua takut menyerahkan anaknya kepada Anda karena tidak yakin bahwa Anda akan
merawat mereka sama seperti mereka merawat pasangan Anda saat kecil. Mereka
takut Anda akan memanjakannya atau mengabaikannya. Karena itu tunjukkan sikap
bahwa saat ini Anda sedang belajar merawat pasangan Anda, sama seperti mereka
merawat pasangan Anda dulu.
Contoh,
bila Anda adalah pria, katakan pada ayahnya, “Om, anak om ini bandelnya minta
ampun. Kalo udah keasikan main tennis, pulangnya suka malem-malem dan selalu
menolak dianterin. Saya sering banget was-was
kalo dia main tennis sampe tengah malem dan nggak ada kabarnya.
Dulu Om kalo marahin dia caranya gimana, saya mau belajar sama Om. Kalo saya
bilangin biasa nggak mempan.”
Bila
Anda adalah wanita, katakan pada ibunya, “Tante, pacar saya itu kamarnya
berantakan dari kecil ya? Saya suka stress lihat kamar apartemennya. Kadang-kadang saya beresin sendiri, soalnya kalo saya
bilangin suruh beresin, dia nggak bakal beresin. Tapi kalo saya
beresin, dia ngeluh katanya barang-barangnya hilang semua nggak tau disimpen ke
mana. Kalo dulu Tante ngatur barang-barangnya gimana, Tante?”
Biasanya,
setelah mengucapkan kalimat di atas, orang tuanya akan memarahi pasangan anda.
Anda akan berada di pihak orang tuanya dan ikut memarahi pasangan anda.
Berhubung pasangan anda sudah tahu bahwa anda sedang berusaha meluluhkan hati
mereka, dia akan mengerti dan turut serta dalam permainan ini. Di saat pulang,
orang tuanya akan berkata, “Titip anak saya ya. Kalo bandel, marahin aja. Om
izinin.” hehe . semoga bermanfaat.