Yasin Yusuf Abdillah

Olahraga dapat menenangkan hati dan pikiran serta menyehatkan badan.

Yasin Yusuf Abdillah

Jika kamu sudah memulai sesuatu, maka lakukanlah. lakukan dengan cara terbaik yang bisa kamu berikan.

Yasin Yusuf Abdillah

Kesuksesan butuh perjuangan, pengorbanan dan kerja keras.

Yasin Yusuf Abdillah

Hidupmu sekarang adalah sejarah untuk yang akan datang. baik atau buruk tergantung engkau yang menciptakan.

Yasin Yusuf Abdillah

Amal perbuatan yang kita lakukan, akan kembali pada diri kita sendiri. baik atau buruk, kitalah yang menentukan.

Jumat, 27 Februari 2015

Haruskah Menerima Perjodohan? dan Cara Orang Tua Merestui Hubungan Kita

Haruskah Menerima Perjodohan ?
dan Cara Orang Tua Merestui Hubungan Kita

Haruskah Menerima Perjodohan
Menghadapi sikap Orang Tua yang kadang bersebrangan dengan keinginan kita memang lumayan sulit. Disatu sisi kita harus patuh dan taat kepada Orang Tua, dan satu sisi kita menolak dengan tawaran Orang Tua karena mungkin apa yang diharapkan Orang Tua tidak sesuai dengan keinginan kita.
Banyak timbul pertanyaan dibenak kita, Orang Tua selalu khawatirkan anak-anaknya karena takut anaknya salah memilih teman, pergaulan, bahkan jodoh, padahal anaknya sudah gede dan mempunyai keinginan tersendiri yang hakikatnya tidak diketahui oleh Orang Tua, Hanya anaknyalah yang tau. Pertanyaan yang timbul di benak kita diantaranya adalah :
-          Bagaimana bila ternyata akhirnya kamu harus dijodohkan oleh orang tuamu? …….
-          Haruskah kamu menerimanya? …..
-          Ataukah kamu menyiapkan sejumlah argumen untuk menolaknya secara halus? ……
Perjodohan sebenarnya bukan hal baru lagi. Sudah sejak zaman kakek nenek dulu hal tersebut lazim dilakukan. Bahkan sekarang pun masih banyak yang meneruskan tradisi tersebut. Jadi kamu jangan terburu-buru mengambil sikap antipati. Cobalah membicarakannya terlebih dulu dengan orang tuamu. Tanyakan dulu pada mereka, jodoh seperti apa yang sudah mereka siapkan untukmu.
Bila orang tua meyakinkanmu bahwa mereka pasti akan memilihkanmu yang terbaik, bukan berarti kamu pasrah saja. Kamu berhak untuk mengetahui sosok yang mereka rekomendasikan. Profil diri dan keluarganya penting kamu ketahui. Lalu pertimbangan apa saja yang membuat orang tuamu yakin bahwa sosok tersebut adalah pilihan yang tepat untukmu. Apakah mereka terpesona karena penampilannya? Atau karena keluarganya yang terpandang? Atau pertimbangan apalagi? Coba kamu telusuri lebih lanjut hal tersebut.
Nah, bila orang tua sekedar menjadikan status sosial dan penampilan sebagai tolak ukurnya, tentunya kamu harus lebih bersikap bijaksana. Fisik dan status sosial memang perlu. Tapi keduanya tidak mampu menjamin kebahagiaan rumah tangga seseorang. Jadi kamu perlu mencari informasi lebih dalam tentang dirinya. Bagaimana karakter sosok yang direkomendasikan orang tuamu tersebut. Apakah ia memiliki karakter pendamping hidup yang kamu cari selama ini atau justru tidak sama sekali.
Kamu bisa menggali informasi tersebut dari keluarga ataupun orang yang dekat dan mengenalnya dengan baik. Jika ternyata ia memang jodoh idaman yang kamu nantikan selama ini, langsung saja terima perjodohan tersebut.
Sebaliknya bila ada hal-hal yang membuatmu masih ragu, tidak ada salahnya kamu menyampaikannya secara terbuka pada orang tuamu. Kemukakan semua keraguanmu tersebut. Dan mintalah pendapat kepada mereka. Kamu pun juga perlu memberikan pandangan serta masukan. Jika keputusan finalmu terpaksa menolaknya, sampaikanlah dengan cara yang baik dan sopan.

Cara Orang Tua Merestui Hubungan Kita
Saya terinspirasi untuk nulis ini ketika banyak teman-teman saya pada cerita kepada saya. Bagaimana sich caranya agar orang tua merestui hubungan kita ? saya juga bingung, saya sendiri tidak pernah melakukan. Tetapi saya berusaha mencari jawaban yang kira-kira sesuai dan bisa diterapkan. Tulisan ini insya alloh akan sedikit membantu teman-teman yang lagi pendekatan pada orang tua guna mendapatkanrestunya. saya bagikan beberapa prinsip menembus pertahanan orang tua untuk merestui hubungan kita.

1. Lakukan sejak dini
Berinisiatiflah untuk mengenalkan pasangan Anda dengan orang tua Anda dari dini. Jangan tunggu tiga tahun pacaran lalu baru datang menampakkan muka ke rumahnya! Bawa pasangan Anda sesering mungkin ke acara-acara keluarga Anda. Pendapat positif dari keluarga lainnya seperti paman, bibi, atau sepupu Anda dapat mempengaruhi orang tua Anda.
Bagi keluarga tradisional, berani menemui keluarga pasangan adalah tanda kedewasaan dan keseriusan. Jangan sampai pasangan Anda dicap tidak serius berpacaran karena takut bertemu keluarga Anda, padahal Anda sendiri yang melarangnya.
2. Orang tua pasangan Anda bukanlah tanggung jawab utama Anda
Ini adalah prinsip penting yang terlalu sering dilupakan oleh banyak pasangan. Yang paling mengenal ayah dan ibu Anda di dalam hubungan kalian jelas Anda. Dan yang paling mengenal ayah dan ibu pasangan Anda, jelas pasangan Anda. Artinya, kalian masing-masinglah yang paling tahu bagaimana cara meluluhkan orang tua kalian.
Kalian masing-masinglah yang paling tahu titik lemah orang tua kalian, apa yang mereka paling sukai, apa yang mereka benci, apa yang mereka hindari dari seorang menantu, apa yang membuat mereka trauma, apa yang membuat mereka selektif, dan mencoret seseorang dari daftar menantu. Logikanya, bila Anda sendiri tidak mampu mengerti orang tua yang sudah merawat Anda sejak lahir, apalagi orang lain. Jadi tanggung jawab untuk meluluhkan orang tua Anda sebenarnya ada di tangan Anda, bukan pasangan Anda.

3. Bekerjasamalah
Namun untungnya Anda sedang berada di dalam sebuah hubungan dan kalian memperjuangkan kebahagiaan kalian berdua. Maka, beritahukan semua hal yang ada di point kedua kepada pasangan Anda! Berkerjasamalah dengannya untuk menciptakan strategi meluluhkan orang tua kalian masing-masing!
Contoh, bila Anda tahu orang tua Anda suka buah apel, ingatkan pasangan untuk membawa apel saat datang ke rumah. Nanti pasangan Anda akan berkata, “Saya nggak tau om tante sukanya apa, tapi berhubung saya sukanya apel, saya bawa apel aja deh. Maaf ya om tante, kalo nggak suka apel.”
Ingat, cinta bukanlah soal pria berusaha menaklukkan ujian wanita, melainkan pria dan wanita bekerjasama untuk menaklukkan ujian dunia! Dan kali ini, kalian sedang dituntut untuk bekerjasama menaklukkan ujian orang tua kalian.
Jadi jangan berpangku tangan santai-santai saja melihat pasangan Anda pusing tujuh keliling berusaha meluluhkan orang tua kalian. Jika pasangan Anda berjuang sendiri untuk meluluhkan orangtuanya, juga orang tua Anda, saya jadi mengerti mengapa orang tuanya tidak merestui Anda!
4. Berpihaklah pada orangtuanya
Ini adalah cara paling favorit yang selalu saya gunakan, dan sampai hari ini belum pernah gagal.
Orang tua takut menyerahkan anaknya kepada Anda karena tidak yakin bahwa Anda akan merawat mereka sama seperti mereka merawat pasangan Anda saat kecil. Mereka takut Anda akan memanjakannya atau mengabaikannya. Karena itu tunjukkan sikap bahwa saat ini Anda sedang belajar merawat pasangan Anda, sama seperti mereka merawat pasangan Anda dulu.
Contoh, bila Anda adalah pria, katakan pada ayahnya, “Om, anak om ini bandelnya minta ampun. Kalo udah keasikan main tennis, pulangnya suka malem-malem dan selalu menolak dianterin. Saya sering banget was-was kalo dia main tennis sampe tengah malem dan nggak ada kabarnya. Dulu Om kalo marahin dia caranya gimana, saya mau belajar sama Om. Kalo saya bilangin biasa nggak mempan.”
Bila Anda adalah wanita, katakan pada ibunya, “Tante, pacar saya itu kamarnya berantakan dari kecil ya? Saya suka stress lihat kamar apartemennya. Kadang-kadang saya beresin sendiri, soalnya kalo saya bilangin suruh beresin, dia nggak bakal beresin. Tapi kalo saya beresin, dia ngeluh katanya barang-barangnya hilang semua nggak tau disimpen ke mana. Kalo dulu Tante ngatur barang-barangnya gimana, Tante?”
Biasanya, setelah mengucapkan kalimat di atas, orang tuanya akan memarahi pasangan anda. Anda akan berada di pihak orang tuanya dan ikut memarahi pasangan anda. Berhubung pasangan anda sudah tahu bahwa anda sedang berusaha meluluhkan hati mereka, dia akan mengerti dan turut serta dalam permainan ini. Di saat pulang, orang tuanya akan berkata, “Titip anak saya ya. Kalo bandel, marahin aja. Om izinin.” hehe . semoga bermanfaat.


Jumat, 20 Februari 2015

Aku & Sahabat


Aku & Sahabat

Sahabat….Pernahkah berfikir kenapa kita dipertemukan?

Alloh mempertemukan kita untuk satu alasan. Entah untuk memberi atau menerima. Entah untuk belajar atau mengajarkan. Entah untuk bercerita atau mendengarkan. Entah untuk sesaat atau selamanya. Entah akan menjadi bagian terpenting atau hanya sekedarnya. Semua tidak ada yang sia-sia, karena Alloh yang mempertemukan.

Hidup kita saling bertaut, bersinggungan. Bisa jadi kehadiran kita adalah jawaban atas do'a-do'a sahabat kita, sebagaimana mereka pun adalah jawaban atas do'a-do'a kita. Jika sudah menjadi takdir Alloh, meski dengan jarak beribu-ribu kilometer kita tetap akan dipertemukan, dalam satu ikatan bernama "Ukhuwah".

Disini, selalu membuatku ingin tetap tinggal, didalam hati dan do'a-do'a sahabat. Sampai detik ini kita hebat. Detik berikutnya terserah, semoga makin hebat

Sahabat…Jika diakhirat nanti tidak kalian temukan aku di dalam syurga bersama kalian, maka bertanyalah kepada Alloh dimana aku, dan mohonlah kepada-Nya agar aku dimasukkan kedalam Syurga bersama kalian.

Rasululloh Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : "Apabila penghuni syurga telah masuk ke dalam syurga, lalu mereka tidak menemui sahabat-sahabat mereka yang selalu bersama mereka dahulu sewaktu di dunia. Mereka pun bertanya kepada Alloh tentang sahabat mereka, "Ya Rabb, kami tidak melihat sahabat-sahabat kami yang sewaktu di dunia shalat bersama kami, puasa bersama kami dan berjuang bersama kami." Lalu Alloh Subhanahu Wa Ta'ala berfirman : "Pergilah kamu ke neraka, lalu keluarkanlah sahabat-sahabatmu yang di hatinya ada iman walaupun hanya sebesar zarah." (HR. Ibnul Mubarok) Semoga persahabatan ini karena Alloh.

Semoga persahabatan ini kekal di dunia & akherat. Semoga dg ridho Alloh kita ditemukan dlm surgaNya Alloh. Aamiin ya Rabbal Alamiin.

"Alloh selalu membuat kejutan-kejutan indah kepada para hambanya di luar pikiran hamba tersebut"